Hari Nasional biasanya di sekolah-sekolah menganjurkan anak-anak untuk memakai pakaian yang berbeda dengan judul occupation day. Pakaian yang digunakan biasanya menunjukkan latar belakang daerah masing-masing, dan juga ada beberapa anak yang menggunakan pakaian sesuai dengan pekerjaan yang diinginkan ketika mereka sudah besar nanti. Walau yang sudah kita ketahui seringkali cita-cita kita waktu kecil berbeda total dengan pekerjaan kita ketika sudah dewasa.
Semua anak menunjukkan tangannya dengan yakin dan bangga, ketika sang guru disekolah menanyakan apa cita-cita mereka kalau sudah besar nanti. Walau sebetulnya mereka tidak paham, apa itu pekerjaan sang pilot, apa pekerjaan seorang nakhoda kapal, sulitnya pekerjaan menjadi prajurit, tentara, polisi, dan lain-lain.
Betapa sebetulnya polisi itu pakaiannya sangat gagah, namun pekerjaannya sulit luar biasa. Siapa di dunia ini orang yang senang berhubungan dengan penjahat terlebih penjahat yang suka membawa senjata. Menjadi polisi merupakan pekerjaan yang berat, apalagi polisi lalu lintas didaerah mecet dengan seragamnya yang tangan panjang dan nampak panas, wajah berpeluh dan kendaraan yang sulit diatur. Belum lagi polisi juga harus berhadapan dengan gembong narkoba, preman, atau mengamankan kerusuhan, maka pekerjaan sebagai seorang polisi sungguh tidak akan digemari anak-anak.
Hanya baju yang nampak gagah membuat anak-anak ingin menjadi polisi dan mengkhayal menjadi polisi yang berani luar biasa mengalahkan pencuri dan kejahatan dimana-mana. Ah anak-anak memang lucu dengan dunianya dan khayalannya.
Khayalan ini pun dibantu dengan adanya baju-baju penunjang, baju tentara, baju polisi, baju perawat untuk anak-anak. Namun ada satu hal yang membuat kami terharu, ketika Rahma, putri ustadzah Yoyoh almarhumah mengatakan bahwa dia ingin menjadi anggota DPR. mengapa..? karena anggota DPR senang ngaji, baca al-qur’an dan rajin sholat, demikian ringis Rahma sang putri bungsu yang berusia 5 tahun sambil memeluk lengan ibundanya.
Demikianlah image Rahma, bahwa anggota DPR senang ibadah karena melihat ibunya yang rajin ibadah. Image tersebut dapat terbentuk bila kita semua dengan pekerjaan kita masing-masing gemar melakukan ibadah, maka anak kita akan menjadi apa saja karena alasan tersebut, “Mau menjadi guru, karena sang guru sabar, berwibawa, wangi dan perhatian”
“Mau menjadi pilot, karena sang pilot sholat duha dulu dengan pakaian seragam yang membuatnya Nampak gagah sebelum memberangkatkan pesawat.” “Mau jadi supir, karena sang supir selalu baca do’a dahulu sebelum menjalankan kendaraannya dan memastikan semua penumpang aman.”
Jadi..anak-anak akan menjadi apapun ketika dewasa dengan cita-cita yang tertanam dalam dirinya karena melihat orang dewasa melakukan pekerjaannya dengan santun, amanah dan karena ibadahnya.
Polisi yang rajin membaca al-qaur’an, perawat yang rajin sholat, dokter yang ramah dan rajin mengaji, itulah yang harusnya kita tanamkan pada anak-anak kita, mau menjadi apapun mereka nanti. Apapun cita-cita mereka, maka mereka wajib untuk melakukan ibadah sebaik-baiknya, dan hal itu tidak mudah, harus dimulai dari kita sendiri menjadi seseorang yang ahli ibadah juga.
Namun ketika melihat mau jadi apa anak-anak ketika dewasa nanti, sayang sekali yaa, jarang sekali anak-anak sekolah yang mengajukan diri dan mengatakan; “saya mau jadi ustadz…”
Yuk kita rubah image anak-anak, bahwa ustadz pun sama hebatnya seperti dokter atau pilot.
Salam cinta, mam fifi
(Founder and Conceptor of Integrated Islamic International school)
(Founder and Conceptor of Integrated Islamic International school)
No comments for "Cita-Citaku : Menjadi Anggota DPR"!
Posting Komentar