Modul SMK, Akuntansi, Keislaman, Tarbiyah, Motivasi dan Inspirasi

10 Pohon Ramadhan
Fiqih Islam

Oleh: Ulis Tofa, Lc


dakwatuna.com - Ibarat sebuah tanaman, maka amaliyah Ramadhan adalah pohonnya. Mediumnya adalah bulan Ramadhan. Pohon apa yang kita tanam di medium Ramadhan, itulah yang akan kita petik, itulah yang akan kita nikmati. Karena “siapa menanam dia yang menuai”.



10 Pohon Ramadhan
Fiqih Islam

Oleh: Ulis Tofa, Lc

Ilustrasi, Pohon Ramadhan

dakwatuna.com - Ibarat sebuah tanaman, maka amaliyah Ramadhan adalah pohonnya. Mediumnya adalah bulan Ramadhan. Pohon apa yang kita tanam di medium Ramadhan, itulah yang akan kita petik, itulah yang akan kita nikmati. Karena “siapa menanam dia yang menuai”.

Pertanyaannya; Pohon apa saja yang perlu kita tanam di bulan suci ini?

Paling tidak ada 10 pohon Ramadhan yang mesti kita tanam di medium bulan Ramadhan ini:

Pohon pertama, shaum. Tidak sekedar menahan hal yang membatalkan shaum –makan, minum dan berhubungan biologis- dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari saja. Karena, kalau hanya sekedar menahan yang demikian, boleh jadi anak kecil, usia SD bisa melakukannya. Betapa anak-anak kita sudah belajar shaum semenjak dibangku sekolah bukan?

Nah, kalau demikian, apa bedanya shaumnya kita dengan mereka?

Harus ada nilai lebih, yaitu menjaga dari yang membatalkan nilai dan pahala shaum.

Apa yang membatalkan nilai shaum. Di antaranya bohong, ghibah, namimah, mengumpat, hasud dan penyakit hati lainnya. Dengan demikian, mata, telinga, lisan, tangan, kaki dan anggota badan kita ikut serta shaum.

“Betapa banyak orang yang shaum, tidak mendapatkan sesuatu kecuali hanya rasa lapar dan dahaga semata.” Begitu penegasan Rasulullah saw.

Pohon kedua, sahur. Sahur tidak pengganti sarapan pagi, bukan juga penambah makan malam. Namun sahur yang penuh berkah, yang dilakukan diakhir jelang waktu fajar. Di sinilah waktu-waktu yang sangat mahal, doa dikabulkan, permintaan dipenuhi. Sehingga ketika melaksanakan sahur tidak tidak sambil nonton hiburan, tayangan yang melenakan, oleh media elektronik. Sibukkan diri dan keluarga kita dengan mensyukuri nikmat Allah dengan bersama-sama melaksanakan sunnah sahur ini dengan penuh hikmat dan kekeluargaan.

“Sahurlah, karena dalam sahur itu ada keberkahan.” Begitu sabda Rasulullah saw. mengajarkan.

Pohon ketiga, ifthar. Buka puasa. Sunnah buka puasa itu disegerakan. Ketika dengar kumandang adzan Maghrib, segera lakukan buka puasa. Jangan tunda, jangan sok kuat, nanti bakda tarawih saja, bukan.

Dengan apa kita ifthar? Sunnahnya dengan ruthab atau kurma muda. Berapa biji? Bilangan ganjil satu atau tiga biji. Kalau tidak ada, seteguk air putih. Itu yang dilakukan Rasulullah saw. bukan dengan memakan aneka hidangan, ragam makanan, bukan. Dan Rasulullah saw. pun baru makan besar setelah shalat tarawih.

Ifthar bukan ajang balas dendam, seharian manahan lapar, ketika bedug Maghrib, seakan ingin melampiaskan rasa laparnya dengan memakan semua yang ada. Perilaku ini tentu tidak akan membawa dampak perubahan dalam kehidupan pelakunya. Justeru dengan berlapar-lapar sambil merenungkan hikmah shaum dan menjadi bukti kesyukuran adalah sebagian dari target berpuasa. Sehingga dengan sadar dan hikmat kita berdoa saat berbuka:

“Yaa Allah, kepada-Mu aku shaum, dengan rizki-Mu aku berbuka, telah hilang rasa haus-dahagaku, kerongkongan telah basah, karena itu tetapkan pahala bagiku, insya Allah.”

Pohon keempat, tarawih. Tarawih berasal dari akar kata “raaha-yaruuhu-raahatan-watarwiihatan- yang artinya rehat, istirahat, santai. Sehingga shalat tarawih adalah shalat yang dilaksanakan dengan thuma’ninah, santai, khusyu’ dan penuh penghayatan, bukan hanya sekedar mengejar target bilangan rekaatnya saja, mau delapan, dua puluh, empat puluh, silahkan dikerjakan, asal memperhatikan rukun, wajib, dan sunnah shalat.

Kalau kita disuruh memilih, apakah shalat tarawih di masjid yang dalamnya dibaca “idzaa jaa’a nashrullahi wal fathu” atau shalat tarawih di masjid yang baca “idzaa jaa’akal munaafiquna qaaluu nasyhadu innaka larasuuluh…” Pilih mana?

Kita tidak dalam posisi membandingkan surat yang dibaca, semua adalah surat dalam Al-Qur’an, namun kita ingin membandingkan sikap kita, apa kita pilih yang panjang-panjang namun khusyu’ atau pilih yang pendek-pendek namun secepat kilat.

Umat muslim harus berani mengevaluasi diri dalam hal pelaksanaan shalat tarawih ini. Sebab, sudah kesekian kali kita melaksanakan shalat tarawih dalam hidup kita, namun kita belum bisa meresapi, merenungkan dan mendapatkan manisnya shalat, bermunajat kepada Allah swt. secara langsung.

Bukankah Rasulullah saw. meneladankan kepada kita, bahwa beliau shalat tarawih, di reka’at pertama setelah beliau membaca surat Al-Fatihah, beliau membaca surat Al-Baqarah sampai selesai, para sahabat mengira beliau akan ruku’, namun beliau melanjutkan membaca surat An-Nisa’ sampai selesai, para sahabat kembali mengira beliau akan ruku’, namun kembali beliau membaca surat Ali-Imran sampai selesai, baru beliau ruku’. Sedangkan ruku’, i’tidal dan sujud beliau lamanya seperti beliau berdiri rekaat pertama. Subhanallah!

Tentu kita tidak sekuat Rasulullah saw. namun yang kita teladani dari beliau adalah pelaksanaannya, dengan cara yang thuma’ninah, khusyu’ dan penuh tadabbur.

Pohon kelima, tilawatul Qur’an. Membaca Al-Qur’an. Atau yang populer adalah tadarus Al-Qur’an. Tadarus tidak hanya dilakukan di bulan suci ini, juga dilakukan setiap hari di luar Ramadhan, namun pada bulan suci ini tadarus lebih dikuatkan, ditambahkan kuantitas dan kualitasnya. Setiap malam, Rasulullah saw. bergantian bertadarus dan mengkhatamkan Al-Qur’an dengan malaikat Jibril.

Imam Malik, ketika memasuki bulan suci Ramadhan meninggalkan semua aktivitas keilmuan atau memberi fatwa. Semua ia tinggalkan hanya untuk mengisi waktu Ramadhannya dengan tadarus.

Imam Asy-Syafi’i, si-empunya madzhab yang diikuti di negeri ini, ketika masuk bulan Ramadhan ia mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali, sehingga beliau khatam Al-Qur’an 60 kali selama sebulan penuh. Subhanallah!

Kita tidak perlu mendebat, apakah itu mungkin? Bagaimana caranya beliau bisa melakukan hal itu? Esensi yang jauh lebih penting adalah, semangat dan mujahadah yang kuat itulah yang mesti kita miliki dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Pohon keenam, ith’aamul ifthor. Memberi berbuka puasa. Jangan diremehkan memberi berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, baik langsung maupun lewat masjid. Walau hanya satu butir kurma, satu teguk air, makanan, minuman dan lainnya. Sebab, nilai dan pahalanya sama seperti orang yang berpuasa yang kita kasih berbuka itu. Di negara-negara Timur-Tengah, tradisi dan sunnah memberi buka puasa ini sangat kental. Hampir-hampir setiap rumah membuka pintu selebar-lebarnya bagi para kerabat, musafir, tetangga, sahabat, untuk berbuka bersama dengan mereka.

Kita jadikan memberi buka bersama ini sebagai sarana menebar kepedulian, kekeluargaan, keakraban, dengan sesama, lebih lagi sebagai sarana fastabiqul khairat.

Pohon ketujuh, i’tikaf. Melaksanakan i’tikaf 10 hari akhir Ramadhan. Inilah amalan sunnah muakkadah yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah saw. semasa hidupnya. Lebih dari 8 atau 9 kali beliau beri’tikaf di bulan suci ini, bahkan di tahun di mana beliau meninggal, beliau beri’tikaf 20 hari akhir Ramadhan. Beliau membangunkan istri-sitrinya, kerabatnya untuk menghidupkan malam-malam mulia dan mahal ini. (baca i’tikaf)

Pohon kedelapan, taharri lailatail qadar. Memburu lailatul qadar. Usia rata-rata umat Muhammad adalah 60 tahun, jika lebih, itu kira-kira bonus dari Allah swt. Namun usia yang relatif pendek itu bisa menyamai nilai dan makna usia umat-umat terdahulu yang bilangan umur mereka ratusan bahkan ribuan tahun. Bagaimana caranya? Ya, dengan cara memburu lailatul qadar, sebab orang yang meraih lailatul qadar dalam kondisi beribadah kepada Allah swt., berarti ia telah berbuat kebaikan sepanjang 1000 bulan atau 84 tahun 3 bulan penuh. Jika kita meraih lailatul qadar sekali, dua kali, tiga kali, dan seterusnya, maka nilai usia dan ibadah kita bisa menyamai umat-umat terdahulu.

Rahasia inilah yang di yaumil akhir kelak, umat Muhammad saw. dibangkitan dari alam kubur terlebih dahulu, dihisab terlebih dahulu, dimasukkan ke surga terlebih dahulu, dan juga dimasukkan ke neraka terlebih dahulu, waliyadzu billah.

“Pada bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang terhalang dari kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang dari kebaikan.” (H.R. Ahmad)

Pohon kesembilan, umroh. Melaksanakan ibadah umroh dibulan suci Ramadhan, terutama 10 akhir Ramadhan. Sebab melaksanakan umroh di bulan suci ini seperti malaksanakan ibadah haji atau ibadah haji bersama Rasulullah saw.

“Umrah di bulan Ramadhan sebanding dengan haji.” Dalam riwayat yang lain: “Sebanding haji bersamaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pohon kesepuluh, menunaikan ZISWAF, yaitu mengeluarkan zakat, infaq, sedekah dan wakaf. ZISWAF adalah merupakan ibadah maaliyah ijtima’iyyah, ibadah yang terkait dengan harta dan berdampak pada manfaat sosial. Mengeluarkan ZISWAF tidak hanya bulan suci Ramadhan, kecuali zakat fitrah yang memang harus dikeluarkan sebelum shalat iedul fitri, sedangkan zakat-zakat yang lain, sedekah dan infaq dilakukan kapan saja dan di mana saja, namun karena bulan Ramadhan menjanjikan kebaikan berlipat, biasanya kesempatan ini tidak disia-siakan umat muslim, sehingga umat muslim berbondong-bondong menunjukkan kepeduliannya dengan berZISWAF. Tentu dilakukan dengan baik, benar dan tidak memakan korban. Lebih baik lagi jika disalurkan lewat Lembaga Amil Zakat yang memang mengelola dana-dana umat ini sepanjang hari, tidak hanya tahunan.

Berbicara tentang potensi ZISWAF di negeri ini sangatlah besar jumlah, setiap tahunnya potensi ZISWAF itu 19, 3 Trilyun Rupiah. Subhanallah, dana yang tidak sedikit yang jika bisa digali, diberdayakan, maka ekonomi umat Islam akan lebih baik.

Inilah 10 pohon Ramadhan, “Siapa menanamnya ia akan menuai”, biidznillah. Allahu a’lam

On Label: | 0 Comment


7 Spirit Kemenangan Ramadhan

Dikirim oleh DR. Amir Faishol Fath pada 9 September 2008 @ 10:52 di Hadits

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة 183(

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al Baqarah: 183).

dakwatuna.com - Ayat ini menggambarkan urgensi ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kata kutiba menunjukkan makna bahwa ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah wajib. Wajib karena itu kebutuhan fitrah manusia. Allah swt. yang meciptakan manusia , Dialah yang lebih tahu hakikat fitrah ini. Dan Dialah yang lebih tahu rahasia diwajibkannya puasa. Karena itu tidak ada pilihan lain bagi manusia kecuali harus berpuasa. Karena itu pula Allah berfirman: kamaa kutiba ‘alalladziina min qablikum. Artinya bahwa manusia terdahulu juga diwajibkan berpuasa.

Sudah pasti bahwa Allah swt. tidak mungkin mensyari’atkan sesuatu yang tidak ada gunanya. Sebab Allah swt. Maha Bijak, Allah berfirman: alaisallahu bi ahkamil haakimiin. Sudah pasti bahwa semua ibadah yang Allah swt. ajarkan jika benar-benar dilaksanakan oleh manusia, akan membawa manfaat yang agung bagi manusia itu sendiri. Dalam berbagai peristiwa sejarah di zaman Rasulullah saw. kita selalu membaca bahwa kemenangan demi kemenangan justru terjadi di saat-saat umat sedang berpuasa di bulan Ramadhan. Ada apa dengan Ramadhan? Inilah alasan mengapa tulisan ini secara khusus akan mengungkap rahasia kemenangan dan hubungannya dengan Ramadhan. Setidaknya ada tujuh spirit kemenangan Ramadhan yang bisa diangkat dalam tulisan ini:

Pertama, Kemenangan Atas Nafsu

Dalam kata ashiyam pada ayat di atas terkandung makna alhabsu artinya menahan. Seorang yang berpuasa pasti sedang menahan nafsu dengan segala dimensinya. Bukan hanya nafsu makan dan minum, melainkan juga nafsu hubungan seks dan nafsu memandang yang haram. Perhatikan diri anda ketika sedang berpuasa. Apa yang anda tahan? Bukankah anda sedang menahan diri dari yang halal? Makan dan minum itu halal bagi anda. Berhubungan seks dengan istri anda itu juga halal. Tetapi anda tahan. Dan anda mampu menahannya. Apa makna semua ini? Di sini nampak bahwa anda sedang bertarung dengan nafsu anda. Anda sedang berusaha mengendalikannya. Sekalipun nafsu itu meronta-ronta memanggil anda untuk makan di siang hari yang panas, anda tetap mengendalikannya sampai tiba adzan maghrib. Bila ternyata anda mampu melakukan ini, sungguh tidak ada alasan bagi anda untuk terjatuh kepada yang haram, hanya karena godaan nafsu.

Tapi sayangnya banyak orang yang hanya menjadikan puasa sekedar ritual yang mati. Mati karena hakikat puasa yang sebenarnya untuk menahan nafsu, ternyata itu hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja. Begitu habis Ramadhan, tidak sedikit dari mereka yang tadinya berpuasa kembali merasa bebas untuk berbuat dosa. Akibatnya puasa Ramadhan tidak membawa makna apa-apa bagi hidupnya. Ibarat seorang yang makan, begitu makanan di telan setelah itu dimuntahkan lagi. Tentu cara hidup berIslam seperti ini tidak akan memberi buah sama sekali bagi kehidupan ruhaninya. Karena itulah makna puasa yang seharusnya menjadi titik tolak kemenangan atas hawa nafsu, itu harus tetap dipertahankan sepanjang hayat, sebab hanya demikian hakikat ritual akan menjadi seperti air yang disiramkan terhadap sebuah pohon. Maka pohon itu akan menjadi tumbuh subur, akarnya menghunjam ke bumi dan tangkainya menjulang ke langit. Setiap orang yang berteduh dibawahnya tidak hanya akan merasa sejuk melainkan juga akan merasa aman dengan rindangnya.

Kedua, Kemenangan Atas Setan

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ketika tiba Ramdhan, syetan-syetan diikat. Nabi saw. bersabda: “Bila Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup, sementara syetan-syetan diikat.” (HR. Bukhari-Muslim). Ini menunjukkan bahwa iman umat Islam di bulan Ramadhan harus meningkat. Karena itu kita selalu menemukan suasana yang berbeda di bulan Ramadhan. Orang yang tadinya malas shalat berjemaah di masjid, selama Ramadhan ia rajin ke masjid. Orang yang tadinya tidak pernah membaca Al Qur’an, selama Ramadhan selalu membacanya. Orang yang tadinya kikir bersedekah, selama Ramadhan menjadi dermawan. Orang yang tadinya tidak pernah bangun waktu fajar, selama Ramadhan selalu bangun fajar dan shalat subuh berjemaah di masjid. Orang yang tadinya tidak pernah shalat malam, selama Ramadhan rajib shalat malam. Orang yang tadinya mempertontonkan aurtanya, selama Ramadhan menjadi wanita anggun di balik jilbab yang indah.

Suasana seperti ini menggambarkan betapa Ramadhan benar-benar membawa keberkahan bagi umat Islam. Terasa bahwa syetan benar-benar diikat. Syetan tidak bisa bergerak secera leluasa. Mengapa? (a) Nabi saw.: wash shawmu junnatun (puasa adalah penangkal dari dosa dan api neraka). Lalu nabi melanjutkan : “Maka ketika kalian berpuasa hendaklah jangan berkata kotor dan tidak mengumpat. Bila ada orang mencaci katakan kepadanya: maaf aku sedang berpuasa…” (HR. Bukhari-Muslim) (b) Karena nafsu selama bulan puasa dikendalikan. Begitu nafsu terkendali syetan tidak punya jaringan untuk bergerak. Begitu jaringanya menjadi sempit, amal-amal shaleh meningkat di mana-mana. Begitu amal shaleh meningkat otomatis iman akan naik. Sayangnya pemandangan ini hanya berlangsung sekejap. Selama bulan Ramadhan saja. Setelah itu kehidupan yang penuh kemenangan kembali lenyap dalam gelora nafsu. Dosa-dosa kembali dilakukan di mana-mana tanpa merasa takut sedikit pun. Jika memang demikian, benarkah kemenangan atas syetan selama Ramadhan adalah kemenangan sejati? Sampai kapan umat ini akan terus berpura-pura kepada Allah swt., menjadi hanya seorang muslim yang baik di bulan Ramadhan saja?

Ketiga, Pahala Dilipatgandakan

Dalam sebuah hadist Rasulullah saw. bersabda: “Setiap amal anak Adam -selama Ramadhan- dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Kecuali puasa, Allah berfirman: Puasa itu untuk-Ku, dan Aku langsung yang akan memberikan pahala untuknya.” (HR. Muslim). Maksudnya bahwa pahala puasa bukan hanya dilipatgandakan melainkan lebih dari itu, Allah swt berjanji akan memberikan pahala tanpa batas. Bayangkan berapa pahala yang akan didapat seseorang sepanjang hari berpuasa, bersedekah, menegakkan amal-amal wajib lalu dilanjutkan dengan amal-amal sunnah. Di mana semua itu dilipatgandakan tujuh ratus kali lipat.

Bagaimana jika seorang muslim membaca Al Qur’an dalam sehari lebih dari satu juz. Rasulullah saw. menerangkan bahwa pahala membaca Al Qur’an hitungannya perhuruf. Setiap huruf satu kebaikan, dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Itulah rahasia, mengapa para ulama terdahulu begitu masuk Ramadhan mereka belomba-lomba mengkhatamkan Al Qur’an tanpa batas. Ada yang mengkhatamkan sehari sekali. Ada yang sehari dua kali. Yang selalu saya baca dalam manaqib Imam Syafi’ie adalah bahwa ia selalu mengkhatamkan Al Qur’an selama Ramadhan 60 kali khatam. Apa yang menarik di sini bukan logis atau tidaknya, melainkan kesungguhan mereka dalam mengkhatamkan Al Qur’an. Itulah spirit yang harus kita ambil. Bahwa akan menilai amal shaleh kita dari segi kwantitas melainkan dari usaha maksimal yang kita lakukan. Inilah makna ayat: “Fattaqullaha mas tatha’tum (maka bertaqwalah kepada Allah semaksimal kemapuanmu)” (QS. At Taghabun:16)

Keempat, Dosa-Dosa Diampuni

Minimal ada tiga ibadah dalam Ramadhan yang secara tegas Rasulullah saw. mengkaitkan dengan ampunan dosa-dosa terdahulu: Pertama, ibadah puasa. Nabi saw. bersabda: “Man shaama Ramadhaan iimaanan wah tisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzambihi. (Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan kesadaran iman dan penuh harapan ridha Allah, akan diampuni semua dosa-dosa yang lalu.” (HR. Bukhari-Muslim). Kedua, ibadah shalat malam (baca: tarawih). Nabi saw. bersabda: “Man qaama Ramadhana iimaanan wah tisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzambihi. (Siapa yang menegakkan shalat malam Ramadhan dengan kesadaran iman dan penuh harapan ridha Allah, akan diampuni semua dosa-dosa yang lalu.” (HR. Bukhari-Muslim). Ketiga, Ibadah shalat malam lailatul qadr. Nabi saw. bersabda: “Man qaama lailatal qadri iimaanan wah tisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzambihi. (Siapa yang menegakkan shalat malam pada malam lailatul qadr dengan kesadaran iman dan penuh harapan ridha Allah, akan diampuni semua dosa-dosa yang lalu.” (HR. Bukhari-Muslim).

Perhatikan ketiga hadits di atas, betapa ibadah Ramadhan yang akan menjadi penyebab ampunan dosa bukan hanya puasa, melainkan ada juga ibadah shalat malam sepanjang Ramadhan termasuk pada malam lailatul qadr. Tetapi sayangnya banyak orang Islam hanya mengambil puasanya saja, sementara ibadah-ibadah lain yang tidak kalah pentingnya dengan puasa diabaikan. Akibatnya tujuan Ramadhan yang sebenarnya merupakan bulan ampunan dosa, tidak tercapai secara maksimal. Banyak orang beralasan sibuk mencari nafkah dan lain sebaginya, sehingga tidak sempat memaksimalkan semuanya itu. Perhatikan Rasulullah saw. sekalipun hari-harinya sibuk berdakwah, pada bulan Ramadhan masih menambah lagi amal-amal ibadah yang melebihi hari-hari biasanya. Apakah cukup dengan hanya beralasan bahwa mencari nafkah juga ibadah, lalu mengabaikan membaca Al Qur’an, shalat malam dan lain sebagainya?

Kelima, Doa-doa Dikabulkan

Seorang yang sedang berpuasa doanya mustajab. Sebab ia sedang dalam kondisi menahan nafsu. Syetan-syetan tidak mendekatinya. Karenanya ia lebih dekat kepada Allah swt. Ketika ia dalam kondisi sangat dekat kepada Allahswt., maka doanya akan mudah diterima. Karena itu Nabi saw. menganjurkan agar orang-orang yang sadang berpuasa banyak-banyak berdoa. Para ulama mengatakan: Disunnahkan bagi orang yang sedang berpuasa selalu mengucapkan dzikir, memanjatkan doa, sepanjang hari selama berpuasa. Sebab puasa membuat pelakunya semakin dekat kepada Allah swt. Orang-orang yang dekat kepada Allah swt. doanya mustajab.

Berdzikir dan berdoa selama puasa memang sangat dianjurkan sepanjang hari. Tetapi berdzikir dan berdoa pada saat menjelang buka puasa sangat ditekankan dan diutamakan. Nabi saw. bersabda: “Orang yang berpuasa doanya tidak ditolak, terutama menjelang berbuka.” (HR. Ibn Majah, sanad hadits ini sahih). Ibn Umar ra. meriwayatkan bahwa Nabi saw. menjelang buka puasa selalu berdoa: “Dzahabazh zhomau wabtallatil ‘uruuq watsabatil ajru insyaa allahu ta’aalaa. (Dahaga telah pergi, kerongkongan telah basah, semoga Allah memberikan pahala). Abdullah bin Amru ra. selalu membaca doa berikut ini sebelum buka puasa: “Allahumma as’aluka birohmatikallati wasi’at kulla syai’ antaghfira lii dzunuubii. (Ya Allah aku mohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang mencakup segala sesuatu, agar Kau ampuni aku.”

Imam At Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah, Nabi saw. bersabda: “Tiga orang yang doanya tidak pernah ditolak: Pemimpin yang adil, seorang yang sedang berpuasa sampai ia berbuka, orang yang dizholimi.” Jelasnya bahwa selama puasa Ramadhan iman hamba-hamba Allah swt. sedang naik, mereka selalu bangun malam menegakkan shalat, mereka selalu membaca Al Qur’an, mereka selalu bersedekah, mereka jauh dari dosa-dosa, mereka bertobat minta ampunan kepada Allah swt. dan sebagianya. Semua itu merupakan suasana yang dukung-dukung membuat turunnya keberkahan dari Allah swt. Semakin banyak keberkahan yang turun semakin mudah doa yang kita panjatkan dikabulkan oleh Allah swt.

Keenam, Raih Lailatul Qadr

Dalam surah Al Qadr: 3-5 Allah swt. menerangkan keagungan malam lailatul qadr: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” Inilah malam yang sangat Allah swt. agungkan. Pada malam lailatul qadr ini Allah swt. pernah menurunkan Al Qur’an. Bukan hanya itu, setiap malam lailatul qadr Allah memberikan kesempatan kepada hamba-hamba-Nya untuk menutupi kekurangan masa lalunya dengan beribadah menegakkan shalat, berdzikir dan membaca Al Qur’an. Bayangkan pahalanya khsusus dan luar biasa. Tidak bisa dibandingkan dengan pahala beribadah selama 1000 bulan. Kata khirun pada ayat di atas menunjukkan makna lebih baik, bukan sama. Perhatikan betapa keutamaan ibadah pada malam lailatul qadr hendaklah diraih dengan sungguh-sungguh.

Perhataikan kata khairun min alfi shahrin (lebih baik dari seribu bulan). Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya, pernah melakukan hitung-hitungan tentang hakikat seribu bulan itu. Beliau mengatakan: 1000 bulan = 84 tahun 3 bulan. Saya mencoba merenungkan hakikat ini. Saya menemukan betapa angka tersebut menggambarkan usia terpanjang rata-rata manusia. Artinya, bila kita pikir-pikir ayat tersebut, kita akan segera mengambil kesimpulan bahwa beribadah pada malam lailatul qadr masih lebih hebat pahalanya dibanding dengan pahala ibadah sepanjang hidup. Tetapi maksudnya di sini bukan lantas mencukup dengan ibadah pada malam lailatul qadr kalau setelah itu tidak beribadah sepanjang hayat? Ini salah. Itu maksudnya adalah (a) bahwa kita secara normal menyadari bahwa masih banyak ibadah yang kurang maksimal, atau bahkan sangat kurang. Perlu adanya back up pahala, untuk menutupi kekurangan-kekurangan itu. (b) Kita seharusnya -selama hidup- selalu beribadah kepada Allah swt. untuk menutupi nikmat-nikmat-Nya yang tidak pernah putus. Tetapi karena kesibukan yang demikian banyak, serta kelemahan iman yang kita punya, tentu banyak kondisi yang tidak bisa dipenuhi. Allah swt. yang Maha Pengasih memberikan peluang agar kita bisa mengimbangi nikmat-nikmat tersebut. Karenanya dibukalah malam lailatul qadr.

Rasulullah saw. memberikan tuntunan agar lailatul qadr itu diburu pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Terutama malam-malam ganjil: 21, 23, 25, 27, 29. Banyak para sahabat dan para ulama yang menekankan secara khusus malam tangga 27 Ramadhan. Tetapi demikian, mereka menganjurkan agar tidak mencukupkan hanya dengan malam tanggal 27 saja. Sebab tidak mustahil malam lailatul qadr itu akan terjadi pada malam-malam lainnya. Karena itu handaknya seorang hamba Allah swt. selalu bangun setiap malam. Karena tidak ada yang tahu pasti kapan dan tanggal berapa sebenarnya lailatul qadr itu terjadi. Karena itu sebagian sahabat mengatakan: Siapa yang yang bangun menegakkan shalat setiap malam sepanjang tahun ia pasti dapat keistimewaan lailatul qadr.

Sebenarnya lailatul qadr ini adalah suatu kesempatan yang sangta istimewa dan sangat mahal. Seharusnya setiap orang yang beriman bersungguh-sungguh untuk meraihnya. Seharusnya mereka sejak dini sudah bersiap-siap dengan segala daya upaya untuk mendapatkannya. Seperti mereka berdaya upaya untuk meraih medali dalam sebuah olimpiade. Seharusnya mereka menyesal seumur hidupnya ketika tidak terlibat dalam perlombaan ini. Padahal Allah swt. telah berfirman: “Fastabiqul khairaat (berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan.” (QS. Al Baqarah:148). Tetapi sayangnya banyak orang beriman tidak tertarik dengan perlombaan. Bahkan banyak dari mereka yang cuek dan tidak terpanggil untuk mempersiapkan diri supaya mendapatkannya. Pun tidak sedikit yang tidak menyesal karena tidak kebagian keberkahannya. Apakah mereka telah merasa kebanyakan pahala, sehingga merasa cukup dengan pahala amal yang selama ini mereka kerjakan? Coba pikirkan seberapa persenkah pahala yang kita dapatkan dibanding dengan pahala para sahabat Nabi saw.? Nabi saw. bersabda: “Janganlah kau mengejek sahabat-sahabatku, demi Allah seandainya kau infakkan emas sebasar gunung Uhud, pahala yang kau dapatkan itu tidak akan mencapai segenggam atau separuhnya dari pahala yang mereka dapatkan.” Perhatikan sedemikian agungnya pahala para sahabat itu, itu pun mereka masih berlomba-lomba meraih malam lailatul qadr.

Ketujuh, Kejar Level Taqwa

Ayat tentang puasa di atas, ditutup dengan la’allakum tattaquun (agar kamu bertaqwa). Artinya bahwa tujuan utama puasa Ramadhan adalah untuk membangun kesadaran taqwa dalam pribadi seorang muslim. Taqwa seperti yang dikatakan Ubay bin Ka’ab ra. kepada Umar bin Khaththab adalah: “Bahwa orang yang betaqwa itu seperti orang berjalan di tempat yang banyak durinya. Kanan-kiri, bawah-atas ada duri.” Bayangkan apa yang dia lakukan? Tentu ia sangat berhat-hati, jangan sampai duri itu menggores tubuhnya. Begitu juga taqwa. Anda berhati-hati dari pandangan yang haram seperti anda berhati-hati dari duri, itu taqwa. Anda berhat-hati dari harta haram, jangan sampai barang itu masuk ke perut anda, atau ke perut istri dan anak anda, seperti anda berhati-hati dari duri, itu takwa. Anda berhati-hati dari dosa-dosa kecil apalagi besar seperti anda berhat-hati dari duri, itu taqwa.

Perhatikan betapa taqwa merupakan totalitas kehati-hatian seorang hamba dalam menjalankan ketaatan kepada Allah swt., jangan sampai sedikit pun dari apa yang dia lakukan dimurkai Allah swt. Itulah rahasia mengapa Allah swt. mengikat pada ayat di atas antara puasa (ash shiyam) dengan taqwa. Sebab ketika seseorang berpuasa dia telah mengendalikan nafsunya. Dan hanya dengan mengendalikan nafsu, seseorang secara bertahap akan naik ke level taqwa. Karena itu dalam Al Qur’an masalah taqwa merupakan tema sentral. Katika Allah swt. menceritakan pedihnya siksaan neraka itu sebenarnya supaya orang bertaqwa. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6). Begitu juga ketika Allah swt. menceritakan keindahanya surga dan kelezatan makanan dan minuman di dalamnya, itu tidak lain supaya manusia bertaqwa.

Lebih dari itu, banyak ayat dalam Al Qur’an yang menekankan pentingnya bersikap taqwa: (a) Di pembukaan surah Al Baqarah, Allah swt. langsung menceritakan sifat-sifat orang yang bertaqwa. (b) Dalam surah Ali Imran:133, Allah swt. menegaskan bahwa surga dipersipakan untuk mereka yang bertaqwa: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (c) Dalam surah Al Hujuraat: 3, Allah swt. menunjukkan bahwa paling mulainya manusia adalah orang-orang yang paling bertaqwa. (d) Dalam surah Al Qashash:83, Allah swt. menerangkan bahwa kemenangan itu hanya milik orang-orang yang betaqwa: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” Dalam surah Al Qalam:34, lagi-lagi Allah menceritakan indahnya surga yang dipersipakan untuk mereka yang bertaqwa: “Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.”

Penutup

Jelasnya, Ramadhan adalah nikmat agung, sekaligus tamu agung yang datang setahun sekali. Di dalamnya banyak kesempatan bagi orang-orang beriman untuk meningkatkan iman dan mencucikan dosa-dosa dengan memohon ampun kepada Allah swt. tidak hanya puasa, banyak ibadah Ramadhan yang diajarkan Allah swt. dan Rasul-Nya yang tidak kalah pentingnya dengan ibadah puasa. Seperti ibadah shalat malam, i’tikaf, banyak bersedekah, mengkhatamkan Al Qur’an dan lain sebagainya. Siapa yang bersungguh-sungguh melaksanakan semua itu, kemenangan pasti akan dia capai. Sebaliknya siapa yang mengabaikan semua itu, dia sendiri yang rugi. Ingat bahwa tidak ada yang bisa menjamin bahwa seseorang bisa hidup sampai ke Ramadhan tahun depan. Karena itu, ketika ternyata kita diberi kesempatan memasuki Ramadhan tahun ini, janganlah sekali-kali disia-siakan. Segeralah bergegas untuk beramal. Segeralah bersungguh-sungguh untuk menggunakan kesempatan ini secara maksimal. Semoga Allah swt. menerima amal kita semua. Amiin. Wallahu a’lam bishshawab.

Artikel dicetak dari dakwatuna.com: http://www.dakwatuna.com

URL ke artikel: http://www.dakwatuna.com/2008/7-spirit-kemenangan-ramadhan/

On Label: | 0 Comment

Shaum atau puasa secara bahasa bermakna al-imsak atau menahan diri dari sesuatu seperti menahan diri dari makan atau berbicara. Makna shaum seperti ini dipakai dalam ayat ke-26 surat Maryam. “Maka makan dan minumlah kamu, wahai Maryam, dan tenangkanlah hatimu; dan jika kamu bertemu seseorang, maka katakanlah saya sedang berpuasa dan tidak mau berbicara dengan siapapun.”

Fiqih Ringkas Tentang Puasa

Dikirim oleh Mochamad Bugi pada 24 Agustus 2007 @ 22:49 di Hadits | 28 Komentar

Shaum atau puasa secara bahasa bermakna al-imsak atau menahan diri dari sesuatu seperti menahan diri dari makan atau berbicara. Makna shaum seperti ini dipakai dalam ayat ke-26 surat Maryam. “Maka makan dan minumlah kamu, wahai Maryam, dan tenangkanlah hatimu; dan jika kamu bertemu seseorang, maka katakanlah saya sedang berpuasa dan tidak mau berbicara dengan siapapun.”

Sedangkan secara istilah, shaum adalah menahan dari dari dua jalan syahwat, mulut dan kemaluan, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan pahala puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah saw. bersabda, “Penghulunya bulan adalah bulan Ramadhan dan penghulunya hari adalah hari Jum’at.” (Thabrani)

Rasulullah saw. bersabda, ” Kalau saja manusia tahu apa yang terdapat pada bulan Ramadhan, pastilah mereka berharap Ramadhan itu selama satu tahun.” (Thabrani, Ibnu Khuzaimah, dan Baihaqi)

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Apabila datang bulan puasa, dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka.” (Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw. juga bersabda, “Apabila datang malam pertama bulan Ramadhan, para setan dan jin kafir akan dibelenggu. Semua pintu neraka ditutup sehingga tidak ada satu pintu pun yang terbuka; dan dibuka pintu-pintu surga sehingga tidak ada satu pun yang tertutup. Lalu terdengara suara seruan, “Wahai pencari kebaikan, datanglah! Wahai pencari kejahatan, kurangkanlah. Pada malam itu ada orang-orang yang dibebaskan dari neraka. Dan yang demikian itu terjadi pada setiap malam.” (Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Keutamaan Puasa Ramadhan

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan penuh harap, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang shalat malam pada bulan puasa, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Bukhari dan Muslim)

Waktu Berpuasa

Ibadah puasa dimulai sejak masuknya fajar shadiq (waktu shalat Subuh) hingga terbenamnya matahari (masuk waktu shalat Maghrib). Allah menerangkan di dalam al-Qur’an dengan istilah benang putih dari benang hitam.

Doa Berbuka Puasa

Jika berbuka puasa, Rasullullah saw. membaca, “Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu.” Artinya, ya Allah, untukmu aku berpuasa dan dengan rezeki yang engkau berikan kami berbuka. Dan Rasulullah saw. berbuka puasa dengan kurma. Jika tidak ada, cukup dengan air putih.

Sunnah-sunnah Dalam Berpuasa

Sebelum berpuasa, disunnahkan mandi besar dari junub, haidh, dan nifas. Bagi orang yang berpuasa, disunnahkan melambatkan makan sahur dan menyegerakan berbuka. Berdo’a sebelum berbuka.

Agar amalan puasa tidak rusak dan pahalanya tidak gugur, orang yang berpuasa disunnahkan menjaga anggota badan dari maksiat, meninggalkan obrolan yang tidak berguna, meninggalkan perkara syubhat dan membangkitkan syahwat.

Disunnahkan memperbanyak tilawah Al-Qur’an, memberi makan orang puasa untuk berbuka, dan memperbanyak sedekah. Di sepuluh hari terakhir, sangat dianjurkan beri’tikaf.

Yang Dibolehkan Tidak Berpuasa

1. Orang yang safar (dalam perjalanan). Tapi, ada ulama yang memberi syarat. Seseorang boleh tidak berpuasa di bulan Ramadhan dan menggantinya di bulan lain, jika safarnya menempuh lebih dari 89 km dan safarnya bukan untuk maksiat serta perjalanannya dimulai sebelum fajar. Namun Imam Hanbali membolehkan berbuka, walaupun safarnya dimulai pada siang hari. Alasan dibolehkannya berbuka adalah karena safar mengandung masyaqqah (kesusahan). Jika seseorang yang safar mengambil rukshah ini, ia wajib mengganti puasanya itu di hari lain sejumlah hari ia tidak berpuasa.

2. Orang yang sedang sakit. Sakit yang masuk dalam kategori ini adalah sakit yang dapat menghambat kelangsungan ibadah puasa dan berdampak pada keselamatan fisik jika dia tetap berpuasa. Untuk memutuskan dan menilainya, diperlukan pendapat dokter. Jika seseorang tidak berpuasa karena sakit, ia wajib mengganti puasa yang ditinggalkannya di bulan lain ketika ia sudah sehat.

3. Wanita hamil dan ibu yang menyusui. Wanita hamil atau ibu menyusui boleh tidak berpuasa, tapi harus menggantinya di hari lain. Jika dia tidak berpuasa karena takut dengan kondisi dirinya sendiri, maka hanya wajib bayar qadha’ saja. Tapi jika dia takut akan keselamatan janin atau bayinya, maka wajib bayar qadha’ dan fidyah berupa memberi makan sekali untuk satu orang miskin. Hal ini diqiyaskan dengan orang sakit dan dengan orang tua yang uzur.

4. Orang yang lanjut usia. Orang yang sudah lanjut usia dan tidak sanggup puasa lagi tidak wajib puasa, tapi wajib bayar fidyah dengan memberi makan seorang miskin sebanyak hari yang ditinggalkan.

5. Orang yang mengalami keletihan dan kehausan yang berlebihan. Jika kondisi itu dikhawatirkan mengganggu keselamatan jiwa dan akal, maka boleh berbuka dan wajib qadha’.

6. Orang yang dipaksa (ikrah) tidak berpuasa. Orang seperti ini boleh berbuka, tapi wajib mengqadha’.

Permasalahan Sekitar Puasa

1. Untuk puasa Ramadhan, wajib memasang niat berpuasa sebelum habis waktu sahur.

2. Saat berpuasa seorang suami boleh mencium isterinya, dengan syarat dapat menahan nafsu dan tidak merangsang syahwat.

3. Orang yang menunda mandi besar (janabah) setelah sahur atau setelah masuk waktu subuh, puasanya tetap sah. Begitu juga dengan orang yang berpuasa dan mendapat mimpi basah di siang hari, puasanya tetap sah.

4. Dilarang suami-istri berhubungan badan di siang hari ketika berpuasa. Hukuman bagi orang yang bersenggama di siang hari pada bulan Ramadhan adalah memerdekakan budak. Jika tidak mampu memerdekakan budak, suami-istri itu dihukum berpuasa dua bulan penuh secaara berturut-turut. Jika tidak mampu juga, mereka dihukum memberi makan 60 orang miskin sekali makan. Kalau perbuatannya berulang pada hari lain, maka hukumannya berlipat. Kecuali, pengulangannya dilakukan di hari yang sama.

5. Orang yang terlupa bahwa ia berpuasa kemudian makan dan minum, maka puasanya tetap sah. Setelah ingat, ia harus melanjutkan puasanya hingga waktu berbuka di hari itu juga.

6. Hanya muntah yang disengaja yang membatalkan puasa. Ada tiga perkara yang tidak membatalkan puasa: bekam, muntah (yang tidak disengaja), dan bermimpi (ihtilam). Sikat gigi atau membersihkan gigi dengan syiwak diperbolehkan. Hal ini biasa dilakukan oleh Rasulullah saw. Tapi, ada ulama yang memakruhkan menyikat gigi dengan pasta gigi setelah matahari condong ke Barat.

7. Orang yang mempunyai hutang puasa tahun sebelumnya, harus dibayar sebelum masuk Ramadhan yang akan berjalan. Jika belum juga ditunaikan, harus dibayar setelah Ramadhan yang tahun ini. Tapi, ada ulama berpendapat, selain harus diqadha’ juga diwajibkan memberi makan orang miskin.

8. Para ulama sepakat bahwa orang yang wafat dan punya utang puasa yang belum ditunaikan bukan karenakan kelalaian tapi disebabkan ada uzur syar’i seperti sakit atau musafir, tidak ada qadha yang harus ditanggung ahli warisnya. Tapi jika ada kelalaian, ada sebagian ulama mewajibkan qadha terhadap ahli warisnya dan sebagian lain mengatakan tidak.

9. Bagi mereka yang bekerja dengan fisik dan terkategori berat –seperti pekerja peleburan besi, buruh tambang, tukang sidang, atau yang lainnya– jika berpuasa menimbulkan kemudharatan terhadap jiwa mereka, boleh tidak berpuasa. Tapi, wajib mengqadha’. Jumhur ulama mensyaratkan orang-orang yang seperti ini wajib baginya untuk sahur dan berniat puasa, lalu berpuasa di hari itu. Kalau tidak sanggup, baru boleh berbuka. Berbuka menjadi wajib, kalau yakin kondisi ketidak sanggupan itu akan menimbulkan kemudharatan.

Artikel dicetak dari dakwatuna.com: http://www.dakwatuna.com

URL ke artikel: http://www.dakwatuna.com/2007/fiqih-ringkas-tentang-puasa/

On Label: | 0 Comment

Temans, Tamu mulia akan datang, Rasa kangen dan rindu kita akan segera terobati sebentar lagi…….Alhamdulillah Allah akan mempertemukan kita kembali dengan Bulan Ramadhan tahun ini, betapa banyak keluarga, teman, saudara, tetangga dan masyarakat lain yang tidak bisa bertemu dan menyambut datangnya tamu mulia kita ditahun ini karena telah dipanggil terlebih dahulu menghadap Allah SWT, jangan sia siakan waktu dan kesempatan yang telah diberikan ini, mari bersama-sama utk melakukan amalan yang sebanyak banyaknya di bulan suci ini.




Ada 10 Langkah yang harus bisa kita lakukan dalam menyambut bulan suci ini agar mendapatkan barokah di dalamnya :

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.

2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.

3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.

4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.

5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.

7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]

8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.

9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:

· buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.

· membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.

10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Selamat datang wahai Ramadhan…

Tiada kata seindah dzikir…

Tiada bulan seindah Ramadhan…

Izinkanlah kedua tangan besimpuh memanjatkan do’a…

Mohon maaf atas segala salah dan khilaf…

Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah swt…

Dan mudah-mudahan Ramadhan ini menghantarkan kita untuk mendapat predikat MUTTAQIN…

Amiiin…

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA 1430 H

On Label: | 1 Comments





On Label: | 0 Comment

Dalam pernikahan hendaknya kita belajar pada garam. Garam yang nama kerennya NaCI atau natrium klorida, adalah persatuan antara unsur natrium dan klorida. Sejatinya, kedua unsur ini jarang berdiri sendiri. Mereka bisa bersatu karena “dicomblangi” oleh air sebagai mediator. Ketika masih sendiri, klorida termasuk unsur berbahaya bagi tubuh, biasanya berbentuk asam (HCL). Demikian pula natrium karbonat, walaupun tidak seberbahaya HCL.





Namun, ketika natrium dan klorida dipertemukan dengan mediasi air, masing-masing melepaskan ikatan dengan pasangannya terdahulu, kemudian mereka saling berikatan membentuk kristal. Jika sebuah ikatan kimia sampai membentuk kristal, tingkat kecocokannya pasti sangat tinggi, dari fase likuid sampai menjadi solid dan terkristalisasi. Ikatan demikian adalah ikatan yang sempurna.


Dengan karakter ini, ada sisi-sisi secara molekuler baik dari sebelah natrium maupun sebelah klorida yang awalnya memiliki efek membahayakan menjadi hilang. Sebab, sisi-sisi “negatifnya” saling menutup dan yang terlihat adalah sisi-sisi indahnya, yakni sisi-sisi positifnya.


Jadi, konsep pasangan hendaknya meniru garam. Sisi-sisi buruk yang tidak menyenangkan bisa menjadi simpul dari sebuah ikatan yang mempersatukan, untuk kemudian menghasilkan sebuah molekul yang indah serta memancarkan kebaikan. Kelemahan yang ada bukan untuk disesali atau dicemooh, tapi dimanfaatkan untuk berikatan. Inilah gambaran sederhana. Saling mengoptimalkan potensi dan saling menghilangkan kekurangan.


Ada satu pesan mendalam dalam proses tersebut, bahwa kita hanya mungkin mencapai “kesempurnaan”, jika kita mau bersatu dengan pasangan kita. Inilah fitrah yang ditetapkan Allah atas manusia dan alam semesta. Allah berfirman, “


Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (QS. Ad-Dzariyaat (51): 49)

Mengapa harus berpasang-pasangan? Ada banyak alternatif jawaban. Namun yang pasti, dengan berpasangan (yang sah tentunya) nilai-nilai kebaikan bisa berpadu menjadi sebuah kesempurnaan. Dengan berpasangan, akan pula tercipta pula proses sinergi, saling melengkapi, dan saling meniadakan keburukan.


Mudah-mudahan, sifat-sifat Jalaliyah Allah yang ada dalam diri pengantin pria mampu berpadu dengan sifat-sifat Jamaliyah Allah dalam diri pengantin wanita sehingga turun sifat-sifat Kamaliyah-Nya kepada keduanya. [aneh bin ajaib karya tauhid nur aziz]



On Label: , | 0 Comment


Marhaban yaa ramadan
Bulan ramadan yang kita nantikan kian dekat datang bersama kita. mentari yang berangsur tenggelam di ufuk barat diiringi dengan merekahnya bulan sabit menanda datangnya sang bulan kemenangan.

Bulan ramadan bulan bertuah
Bulan ibadah bulan mujahadah
bulan Rahmah bulan Maghfirah
Bulan Al qur'an dan lailatul Qadar

Muliakan ramadan dengan puasa
diwaktu malamnya tambahkan ibadah
bacalah al Qur'an dan banyakkanlah sedekah
tawarih kerjakanlah walaupun sunnah

pelihara mata jagalah telinga
kawalah lidah dari yang sia-sia
pikirkanlah yang mendatangkan faidah
hubungkan hatimu dengan Allah

Dzikir shalawat doa panjatkan
pahala ramadan diganda-gandakan
jangan lupakan jangan lalaikan
Ramadan tiba setahun sekali

banyakkan i'tikaf disepuluh hari terakhir
lailatul di satu malamnya
penuh rahmat dan kemuliaan
lebih besar dari seribu bulan

bulan ramadan bayarlah fitrah
untuk membersihkan hati dan diri
sebagai bantuan kepada yang lemah
agar mereka gembira di hari raya

Allahu yaa Allah
kepadaMu kami beriman
karenaMu kami bepuasa
di bulan ini bulan yang suci
kami mohon rahmat Mu ya Allah
keampunanMu wahai Tuhan

Selamat menyambut ramadan 1430 H, mari berbagi menggapai rahmatNya, lelah hati jauh berjalan menyusuri bangkai dunia yang fana. kini saatnya refleksi diri memutar kehidupan bercermin diri menata langkah menyongsong kemulian hakiki.

Sahabat Ku,
banyak sudah kita melangkah, lama sudah kita menggamit langkah
banyak canda tawa keluh kesah
jika ada hati terluka
dengan ketulusan hati ku ulurkan tangan dan hati
mohon diikhlaskan segala khilaf
moga selepas ramadan nanti kita menjadi fitri
Allahumma taqabbal minna.
Allahumma barikli fi sya'ban wa balighna fii ramadan. Amiin

On Label: | 0 Comment

Artikel Populer

Akuntansi, Pajak, Accurate, Tarbiyah dan Dakwah

FB _Q

Diberdayakan oleh Blogger.