INILAH.COM, Jakarta - Berjalan sekitar 10-15 kilometer dalam sepekan bisa melindungi otak dari penyusutan saat usia tua, yang bisa menimbulkan masalah memori dan penurunan kognitif.
"Kami selalu mencari obat atau pil ajaib untuk membantu mengobati gangguan otak," kata Kirk I. Erickson, asisten profesor psikologi di University of Pittsburgh dan penulis utama studi tersebut. "Tapi sebenarnya hanya dengan berjalan teratur, dan memelihara sedikit aktivitas fisik, Anda dapat mengurangi kemungkinan terkena penyakit Alzheimer dan menyusutnya jaringan otak."
Laporan hasil penelitian yang didukung oleh US National Institute on Aging ini, dipublikasikan secara online di jurnal Neurology, edisi 13 Oktober.
Erickson dan rekan-rekannya mulai melacak aktivitas fisik dan pola kognitif (atau berpikir) hampir 300 orang dewasa pada 1989. Awalnya, semua peserta memiliki kesehatan kognitif yang baik. Mereka rata-rata berusia 78, dan sekitar dua-pertiganya adalah perempuan. Para peneliti memetakan berapa jauh setiap orang berjalan dalam seminggu.
Sembilan tahun kemudian, mereka menjalani scan MRI resolusi tinggi untuk mengukur ukuran otak. Semuanya dianggap memiliki 'kognitif normal'.
Namun empat tahun setelah itu, pengujian menunjukkan bahwa sedikitnya sepertiga peserta telah mengalami penurunan kognitif ringan atau demensia. Dengan data kesehatan kognitif, scan otak dan pola berjalan, tim peneliti menemukan fakta bahwa menjadi lebih aktif secara fisik tampaknya memiliki sedikit risiko lebih rendah untuk mengalami gangguan kognitif.
Tapi yang lebih spesifik, mereka menyimpulkan bahwa seseorang yang sering jalan, lebih banyak jaringan materi abu-abu di ujung otak yang disebut hippocampus, inferior frontal gyrus, dan area motorik tambahan - yang penting untuk kognisi.
Namun, para peneliti menekankan bahwa hubungan antara berjalan dan volume materi abu-abu tampaknya hanya berlaku untuk orang yang secara teratur berjalan dengan jarak relatif panjang, setara 10-15 kilometer per pekan. Berjalan lebih dari jarak itu tidak memiliki manfaat kognitif.
"Itu karena ukuran daerah otak kita bisa begitu besar. Jika sebaliknya, itu tidak benar," kata Erickson. "Jadi dengan tidak latihan, bisa ada kerusakan signifikan dan pembusukan dengan usia."
Namun, ia menambahkan, "apa yang kita sering cenderung anggap sebagai komponen yang tak terelakkan atau karakteristik penuaan seperti penurunan memori dan kerusakan otak, jelas tidak terelakkan. Ada banyak bukti dan penelitian menunjukkan, sulit mempertahankan jaringan otak kita dan mempertahankan ingatan dengan baik hingga usia lanjut dengan mempertahankan gaya hidup aktif dan terlibat."
Dr Steven V. Pacia, kepala neurologi di Lenox Hill Hospital di New York City, menggambarkan temuan penelitian ini 'menarik' dan 'pesan positif tidak meragukan yang dikirimkan kepada publik.'
"Reaksi pertama saya untuk studi seperti ini adalah bahwa di Amerika kita harus membuktikan kepada orang-orang bahwa hal itu baik untuk berjalan," katanya sambil tergelak.
"Tapi masuk akal bahwa menjadi aktif saat muda akan memiliki efek menguntungkan pada otak, seperti yang tidak aktif akan memiliki dampak negatif," kata Pacia. "Karena otak tinggal di lingkungan tubuh."