Pemahaman
seperti itu tidak salah –insya Allah- bila dilihat dari sisi
kepentingan pribadi wanita itu sendiri. Akan tetapi, pemahaman itu masih
kurang sempurna bila membaca hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkaitan dengan penjelasan beliau tentang definisi wanita shalihah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidak
ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertaqwa
kepada Allah daripada istri yang shalihah. (Yaitu), bila ia menyuruhnya
maka ia mentaatinya, bila suami memandangnya membuat hati senang, bila
bersumpah maka ia mendukungnya, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus
menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas rahimahullah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Empat
hal yang termasuk kebahagiaan, yaitu istri yang shalihah, tempat
tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman. Dan
empat hal termasuk penderitaan adalah tetangga yang buruk, istri yang
buruk, kendaraan yang buruk dan tempat tinggal yang sempit. (HR. Ahmad).
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan,
wanita shalihah merupakan salah satu sebab kebahagiaan dari empat sebab
kebahagiaan. Dan sebaliknya, wanita yang tidak shalihah merupakan salah
satu dari empat penyebab kesengsaraan. Hadits Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berikut mempertegas hal tersebut. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dan
di antara kebahagiaan adalah wanita shalihah. Jika engkau memandangnya,
engkau akan kagum kepadanya. Dan jika engkau pergi darinya, engkau
tetap merasa aman tentang dirinya dan hartamu. Dan di antara
kesengsaraan adalah wanita yang apabila engkau memandangnya, engkau
merasa enggan, lalu dia mengungkapkan kata-kata kotor kepadamu. Dan jika
engkau pergi darinya, engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu.” (HR. Ibnu Hibban di dalam as-Silsilah ash-Shahihah, hadits no. 282).
Tampak jelas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
menyebutkan empat karakteristik wanita shalihah. Keshalihan seorang
wanita tidak hanya terbatas pada banyaknya shalat, puasa, haji, umrah
atau banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Empat sifat
atau akhlak di atas berkaitan dengan kepuasan dan ridha suami terhadap
istri, dari mulai sikap mentaati, berhias, dan menjaga diri serta
memelihara harta sang suami.
Seorang wanita, apabila shalat dengan baik, qiyamul-lail hingga
kakinya bengkak, selalu berpuasa, dan lisannya senantiasa berdzikir
serta berhijab dengan sempurna, ia tidak bisa disebut sebagai wanita
shalihah apabila ia selalu melawan suami, berpenampilan kurang sedap di
hadapan suami, bersikap kurang ramah dan tidak menjaga dirinya, serta
membelanjakan harta suami tanpa seizinnya.
Oleh karenanya,
keberadaan wanita shalihah semestinya dipandang dari tujuan utama
dicipta wanita, yaitu berfungsi sebagi sumber ketenangan dan
ketenteraman suami. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu dari
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar0benar terdapat tanda-tanda
bagi kamu yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)
No comments for "Istri Shalihah itu......?"!
Posting Komentar