Gerhana
bulan kedua sekaligus terakhir pada 2014 akan terjadi Rabu (8/10)
mendatang. Yang menarik pada gerhana ini, seperti diberitakan beberapa
media online, bulan akan terlihat berwarna merah darah sehingga
peristiwa ini disebut sebagai blood moon atau bulan darah.
Bulan
menjadi berwarna merah karena semua cahaya matahari terbit dan matahari
tenggelam dari bumi akan dipantulkan ke permukaan bulan. Kendati saat
itu bulan secara keseluruhan berada dibawah bayangan bumi, cahaya
matahari yang berwarna kemerahan masih bisa mencapai bulan.
Terkait sunnah kauniyah ini, Dewan Syariah PKS mengeluarkan bayan tentang Shalat Gerhana Bulan. Berikut rilis lengkapnya:
BAYAN DEWAN SYARI’AH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
NOMOR : 43/B/K/DSP-PKS/1435
TENTANG
SHALAT GERHANA BULAN
PENGANTAR
Gerhana,
baik gerhana bulan maupun gerhana matahari adalah salah satu dari
tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala. Keduanya terjadi bukan karena
kematian atau kelahiran seseorang, tetapi semata bagian dari sunnah
kauniyah yang merupakan ayat-ayat Allah Ta’ala dalam alam semesta.
Shalat gerhana hukumnya sunnah muakkadah. Shalat gerhana disunnahkan
dilakukan secara berjamaah dan setelah sholat disunnahkan khutbah. Oleh
karena itu bagi umat Islam yang mengetahui dan menyaksikan gerhana, baik
matahari maupun bulan maka hendaknya melakukan sholat gerhana sesuai
tuntunan Rasulullah SAW.
LANDASAN SYARI’AH
Disebutkan dalam hadits:
عن
الْمُغِيرَةِ بْنَ شُعْبَةَ رضي الله عنه قَالَ انْكَسَفَتْ الشَّمْسُ
عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ
مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا
يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا
فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى تَنْكَشِفَ
Dari Al-Mughirah bin Syu’bah ra, berkata
”Terjadi
gerhana matahari di masa Rasulullah saw. saat kematian Ibrahim”.
Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah
tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya terjadi gerhana bukan karena
kematian seseorang dan tidak karena kelahiran seseorang. Ketika kalian
melihatnya, maka berdo’alah pada Allah dan shalatlah sampai selesai.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
عَنْ
عَاْئِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ- قَالَتْ:
خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِي حَيَاةِ رَسُولِ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيهِ
وَسَلَّمَ- فَخَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ-
إِلَى اَلْمَسْجِدِ، فَقَامَ وَكَبَّرَ وَصَفَّ النَّاسَ وَرَاْءهُ،
فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ- قِرَاْءةً
طَوِيْلَةً، ثُمَّ كَبَّرَ، فَرَكَعَ رُكُوعاً طَوِيلاً، ثُمَّ رَفَعَ
رَأْسَهُ فَقَالَ: "سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَاْ وَلَكَ
الْحَمْدُ". ثُمَّ قَاْمَ فَاقْتَرَأَ قِرَاْءةً طَوِيْلَةً، هِيَ أَدْنَى
مِنَ الْقِرَاْءةِ الأُوْلَى، ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعاً طَوِيْلاً،
هُوَ أَدْنَى مِنَ الرُّكُوْعِ الأَوَّلِ ثُمَّ قَاْلَ: "سَمِعَ اللهُ
لِمَنْ حَمِدَهُ، ربَّنَاْ وَلَكَ الْحَمْدُ". ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ فَعَلَ
فِيْ الرَّكْعَةِ الأُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ، حَتَّى اسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ
رَكَعَاتٍ، وَأَرْبَعَ سَجَدَاْتٍ، وَانْجَلَتِ اَلْشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ
يَنْصَرِفَ، ثُمَّ قَاْمَ فَخَطَبَ النَّاسَ، فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَاْ
هُوَ أَهْلُهُ. ثُمَّ قَاْلَ: "إِنَّ الشَّمْسَ وَاَلْقَمَرَ آيَتَاْنِ
مِنْ آيَاْتِ اللهِ، لا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلا لِحَيَاتِهِ،
فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَافْزَعُوا لِلْصَّلاَةِ".
Dari
‘Aisyah ra, istri Nabi saw. berkata, “Terjadi gerhana matahari dalam
kehidupan Rasulullah saw. Beliau keluar menuju masjid, berdiri dan
bertakbir. Sahabat di belakangnya membuat shaff. Rasulullah saw. membaca
Al-Qur’an dengan bacaan yang panjang, kemudian takbir, selanjutnya ruku
dengan ruku yang panjang, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata,
“Sami’allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu”. Setelah itu membaca
dengan bacaan yang panjang, lebih pendek dari bacaan pertama. Kemudian
takbir, selanjutnya ruku lagi dengan ruku yang panjang, tetapi lebih
pendek dari ruku’ pertama. Kemudian berkata,”Sami’allahu liman hamidah
rabbana walakal hamdu.” Selanjutnya sujud. Dan seterusnya melakukan
seperti pada rakaat pertama, sehingga sempurnalah melakukan shalat
dengan empat ruku dan empat sujud. Dan matahari bercahaya kembali
sebelum mereka meninggalkan tempat. Seterusnya Rasul saw bangkit
berkhutbah di hadapan manusia, beliau memuji pada Allah sebagaimana
ni’mat yang telah diberikan pada ahlinya. Rasul saw. bersabda,
”Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan bagian dari tanda-tanda
kebesaran Allah. Kedua gerhana itu tidak terjadi karena kematian atau
kehidupan seseorang. Jika kalian melihatnya bersegeralah untuk shalat.”
(HR Bukhari dan Muslim)
عن
عبد الله بن عباس أنه قال: خسفت الشمس عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم،
فصلى رسول الله صلى الله عليه وسلم والناس معه، فقام قياما طويلا نحوا من
سورة البقرة، ثم ركع ركوعا طويلا، ثم رفع، فقام قياما طويلا، وهو دون
القيام الأول، ثم ركع ركوعا طويلا، وهو دون الركوع الأول، ثم سجد، ثم قام،
فقام قياما طويلا، وهو دون القيام الأول، ثم ركع ركوعا طويلا، وهو دون
الركوع الأول، ثم رفع، فقام قياما طويلا، وهو دون القيام الأول، ثم ركع
ركوعا طويلا، وهو دون الركوع الأول، ثم رفع، ثم سجد، ثم أنصرف، وقد تجلت
الشمس، فقال: (أن الشمس والقمر آيتان من آيات الله، لا يخسفان لموت أحد ولا
لحياته، فإذا رأيتم ذلك فاذكروا الله).
Dari
Abdullah bin Abbas berkata, “Terjadi gerhana matahari di masa
Rasulullah saw. Rasul saw. shalat bersama para sahabat. Beliau berdiri
lama sekitar membaca surat Al-Baqarah, kemudian ruku’ lama, lalu berdiri
lama tetapi lebih pendek dari pertama. Kemudian ruku lama tetapi lebih
pendek dari pertama. Kemudian sujud, lalu berdiri lama tetapi lebih
pendek dari yang pertama, kemudian ruku lama, tetapi lebih pendek dari
yang pertama, kemudian mengangkat dan sujud, kemudian selesai. Matahari
telah bersinar. Rasul bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah
tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya terjadi gerhana bukan karena
kematian seseorang atau kelahiran seseorang, jika kalian melihatnya,
hendaknya berdzikir pada Allah.” (HR Bukhari).
TATACARA SHALAT GERHANA
Memastikan
terjadinya Gerhana Bulan atau Gerhana Matahari. Shalat gerhana
dilakukan pada saat terjadinya gerhana. Sebelum shalat, jamaah dapat
diingatkan dengan ungkapan ‘As-Shalaatu Jamiah’. Shalat Gerhana
dilakukan sebanyak dua rakaat. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku
dan dua kali sujud. Setelah ruku’ pertama dari setiap rakaat membaca
Al-Fatihah dan surat kembali. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama
lebih panjang dari surat kedua. Begitu juga pada rakaat kedua, bacaan
surat pertama lebih panjang dari surat kedua. Setelah shalat disunnahkan
khutbah.
SERUAN
1. Bahwa pada hari Rabu, tanggal 8 Oktober 2014 akan terjadi Gerhana Bulan total, mulai jam 16. 15 sampai jam 19.34 WIB.
2.
Kepada kader dan simpatisan PKS, serta umat Islam dianjurkan untuk
melakukan shalat Gerhana Bulan secara berjamaah bersama umat Islam di
masjid atau mushola.
3. DSW di seluruh Indonesia mengkordinasikan pelaksanaan shalat gerhana tersebut.
Demikian
Bayan DSP kepada kader dan simpatisan PKS serta umat Islam, agar dapat
ditindaklanjuti dan semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan keberkahan
pada kita semua. Amiin.
والله أعلم بالصـواب والهادى الى سـواء السـبيل
والحمد لله رب العالمين.
Jakarta, 11 Dzulhijjah 1435 H
6 Oktober 2014 M
DEWAN SYARIAH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
KH. DR. SURAHMAN HIDAYAT
No comments for "Bayan DPP PKS terkiat Shalat Gerhana"!
Posting Komentar