Modul SMK, Akuntansi, Keislaman, Tarbiyah, Motivasi dan Inspirasi

Siang tadi, saya diminta oleh Kelompok Peneliti Muda (KPM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) untuk menjadi pembicara Seminar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di aula perpustakaan UNJ. Tadinya saya berpikir paling-paling yang datang hanya sedikit dan tidak lebih dari 20 orang mahasiswa. Namun perkiraan saya meleset. Ternyata yang datang ke seminar itu cukup banyak. Bila dihitung dengan panitianya bisa lebih dari 100 orang-an.


Beberapa Alasan Kenapa Guru Malas Meneliti
Thursday, January 22, 2009 1:18
Posted in category Penelitian by: wijayalabs

Siang tadi, saya diminta oleh Kelompok Peneliti Muda (KPM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) untuk menjadi pembicara Seminar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di aula perpustakaan UNJ. Tadinya saya berpikir paling-paling yang datang hanya sedikit dan tidak lebih dari 20 orang mahasiswa. Namun perkiraan saya meleset. Ternyata yang datang ke seminar itu cukup banyak. Bila dihitung dengan panitianya bisa lebih dari 100 orang-an.

Karena telah terbiasa menjadi pembicara seminar di tingkat nasional, saya langsung merubah strategi presentasi saya. Cuplikan Film “Untuk Sebuah Perjuangan” hasil karya anak-anak SMP Labschool Jakarta saya putar lebih dulu. Hasilnya lumayan berhasil sehingga dapat menggiring dan memotivasi peserta (yang umumnya para guru di DKI Jakarta) untuk melaksanakan penelitian yang membutuhkan sebuah perjuangan.

Perjuangan yang paling berat itu adalah mengalahkan kemalasan diri ketika mau memulai meneliti. Meneliti di kelasnya sendiri untuk memperbaiki kualitas pembelajarannya. Itulah yang menjadi topik presentasi saya “Kenapa guru Takut melakukan PTK”.

Dalam presentasi saya, Ada beberapa alasan kenapa guru takut melaksanakan penelitian di kelasnya sendiri melalui PTK. Beberapa alasan-alasan itu adalah:

1.Guru kurang memahami profesi guru

Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia. Para guru hendaknya menyadari profesi mulia ini. Guru harus dapat memahami peran dan fungsi guru di sekolah. Guru sekarang bukan hanya guru yang mampu mentransfer ilmunya dengan baik, tetapi juga mampu digugu dan ditiru untuk memberikan tauladan yang tidak hanya sebatas ucapan tapi juga tindakan.

Dengan adanya sertifikasi guru, maka profesi guru sekarang ini sudah sejajar dengan profesi lainnya. Sehingga banyak sarjana non kependidikan yang mendaftarkan diri untuk menjadi guru.

Profesi guru adalah profesi yang bukan hanya mulia dimata manusia, tetapi juga di mata Allah Karena itu guru harus dapat mengajar dan mendidik dengan hatinya agar dapat menjadi mulia. Hati yang bersih dan suci akan terpancar dari wajahnya yang selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya ( Salam, Sapa, Sopan, Senyum, dan Sabar).

2. Guru malas membaca buku dan malas menulis

Masih banyak guru yang malas membaca. Padahal dari membaca itulah akan terbuka wawasan yang luas dari para guru. Kesibukan-kesibukan mengajar membuat guru merasa kurang sekali waktu untuk membaca. Ini nyata, dan terjadi di sekolah kita. Bukan hanya di sekolah, di rumah pun banyak guru yang malas membaca. Guru harus dapat melawan kebiasaan malas membaca. Ingatlah dengan membaca kita dapat membuka jendela dunia.

Pengalaman mengatakan, siapa yang rajin membaca, maka ia akan kaya akan ilmu, namun bila kita malas membaca, maka kemiskinan ilmu akan terasa. Guru yang rajin membaca, otaknya ibarat mesin pencari google di internet. Bila ada siswa yang bertanya, memori otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan para siswanya dengan cepat dan benar.

Sudah bisa dipastikan bila guru malas membaca, maka akan malas pula untuk menulis. Menulis dan membaca seperti kepingan uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Guru yang terbiasa membaca, maka ia akan terbiasa menulis. Dari membaca itulah guru mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibacanya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan kembali dalam gaya bahasanya sendiri.

Menulis itu ibarat pisau yang harus sering diasah. Guru yang rajin menulis, maka ia mempunyai kekuatan tulisan yang sangat tajam, layaknya sebilah pisau. Tulisannya sangat menyentuh hati, dan bermakna. Runut serta mudah dicerna bagi siapa saja yang membacanya.

3. Guru kurang sensitif terhadap waktu dan terjebak dalam rutinitas kerja

Bagi guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik, maka tidak akan banyak prestasi yang ia raih dalam hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu yang ia sia-siakan. Karena itu guru harus sensitif terhadap waktu. Terjaga dari sesuatu yang kurang bermanfaat.

Saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas seorang guru terlihat dari cara ia memperlakukan waktu dengan baik. Guru yang sukses dalam hidupnya adalah yang pandai memanage waktu dengan baik. Waktunya benar-benar sangat berharga dan berkualitas. Setiap waktunya terprogram dengan baik.

Guru harus pandai mengatur rutinitas kerjanya. Jangan sampai guru terjebak sendiri dengan rutinitasnya yang justru tidak menghantarkan dia menjadi guru yang dapat diteladani anak didiknya. Guru harus pandai mensiasati pembagian waktu kerjanya. Buatlah jadwal yang terencana. Buang kebiasan-kebiasaan yang membawa guru untuk tidak terjebak di dalam rutinitas kerja, misalnya: membuat diari atau catatan harian yang ditulis dalam agenda guru, atau di dalam blog internet, dan lain-lain.

Rutinitas kerja tanpa sadar membuat guru telah terpola menjadi guru yang kurang berkualitas. Hari-harinya diisi hanya untuk mengajar saja. Dia tidak mendidik anak didiknya dengan hati. Waktunya di sekolah hanya sebatas sebagai tugas rutin mengajar yang tidak punya nilai apa-apa. Guru hanya melakukan transfer of knowledge. Tak ada upaya untuk keluar dari rutinitas kerjanya yang sudah membosankan. Bahkan sampai saatnya memasuki pensiun.

4.Guru kurang kreatif dan inovatif serta malas meneliti

Merasa sudah berpengalaman membuat guru menjadi kurang kreatif. Guru malas mencoba sesuatu yang baru dalam proses pembelajarannya. Dia merasa sudah cukup. Tidak ada upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dari pembelajarannya. Misalnya membuat alat peraga atau media pembelajaran. Dari tahun ke tahun gaya mengajarnya itu-itu saja. Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang dibuatpun dari tahun ke tahun sama, hanya sekedar copy paste tanggal dan tahun saja. Banyak guru menjadi tidak kreatif.

Guru tidak akan pernah menemukan proses kreativitas bila cara-cara yang digunakan dalam pembelajaran adalah cara-cara lama. Sekarang ini, sulit sekali mencari guru yang kreatif dan inovatif. Kalaupun ada jumlahnya hanya dapat dihitung dengan dua jari. Guru sekarang lebih mengedepankan penghasilan daripada proses pembelajaran yang kreatif.

Setiap tahun pemerintah maupun swasta mengadakan lomba karya tulis ilmiah (LKTI) untuk para guru, dengan harapan guru mau meneliti. Namun, hanya sedikit guru yang memanfaatkan peluang ini dengan baik. Padahal ini sangat baik untuk guru berlatih menulis, dan menyulut guru untuk meneliti. Dari meneliti itulah guru mengetahui kualitas pembelajarannya.

Penelitian diselenggarakan untuk memperbaiki hal-hal yang telah dilakukan agar menjadi lebih baik atau menciptakan sesuatu yang baru. Melalui penelitian diharapkan guru menjadi profesional di bidangnya.

Sebenarnya meneliti itu tidak sulit. Kesulitan itu sebenarnya berasal dari guru itu sendiri. Guru menganggap meneliti itu bukan tugasnya. Tugas guru hanya mengajar. Meneliti adalah tugas mereka yang ingin naik pangkat. Kalau sudah kepepet barulah guru mau meneliti. Misalnya kalau ingin naik pangkat dari golongan IVA ke IVB. Kalau tidak, maka pangkatnya tidak akan naik. Data di depdiknas membuktikan bahwa guru golongan IVA terlalu banyak, dan guru golongan IVB masih sangat sedikit. Banyak guru yang mengalami kesulitan dalam meneliti dan melaporkan hasil penelitiannya.

5.Guru kurang memahami PTK

Banyak guru yang kurang memahami penelitian tindakan kelas atau PTK. Guru menganggap PTK itu sulit. Padahal PTK itu tidak sesulit apa yang dibayangkan. PTK dilakukan dari keseharian guru mengajar. Tidak ada yang sulit, semua dilakukan dengan mudah sebagaimana keseharian guru melakukan pembelajaran di kelas. Guru hanya perlu merenung sedikit (instropeksi) dari proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Mencatat masalah-masalah yang timbul, dan mencoba mencari solusinya. Ajaklah teman sejawat agar proses observasi dan refleksinya tidak terlalu subyektif.

PTK adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merencanakan, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Dari PTK inilah diharapkan terjadi proses pembelajaran yang kreatif.

Setelah memaparkan cukup panjang lebar alasan itu, maka mulailah saya jelaskan manfaat melaksanakan PTK yang diantaranya dapat mengajak para guru untuk menulis dan melaporkan hasil karyanya. Bila banyak penelitian yang dilakukan oleh para guru, maka akan semakin meningkat pula kualitas pembelajaran di sekolah. Karena itu, di akhir presentasi saya katakan, bila bapak/ibu guru berani melakukan PTK, maka tahun ini tersedia tiket untuk mengikuti Lomba Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran tahun 2009.

Semoga apa yang saya sampaikan dalam presentasi seminar tersebut dapat menyulut para guru agar berani melakukan PTK di kelasnya sendiri. Saya pun berharap agar para guru menjadi Guru Profesional melalui PTK.

Setelah presentasi, rupanya banyak guru yang meminta No.Hp dan membeli buku PTK yang saya susun bersama pak Dedi Dwitagama. Saya pun diminta mereka untuk mengajari bagaimana membuat proposal dan melaporkan PTK.

Semoga dengan diadakannya kegiatan seminar ini akan banyak guru yang mampu untuk meneliti. Amin.


No comments for "Beberapa Alasan Kenapa Guru Malas Meneliti"!

Artikel Populer

Akuntansi, Pajak, Accurate, Tarbiyah dan Dakwah

FB _Q

Diberdayakan oleh Blogger.