"Barangsiapa mengerjakan shaIat Shubuh secara berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit dan shalat dua raka'at, maka ia mendapatkan pahala haji dan umrah secara utuh, utuh, dan utuh.”
Takhrij Hadits
Hadits di atas diriwayatkan At-Tirmidzi di As-Sunan, Kitab Ash-Shalati, Bab maa Dzakar mimma Yustahabbu min al-julusi fi Al-Masjid ba'da Shalati Ash-Shubhi hatta That'lu'a Asy-Syamsu, 3 / 793-194, hadits nomer 583 (Tuhfatu Al-Ahwadzi bi Syarhi Jami' At-Tirmidzi, Al-Mubarakfuri), dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu.
Setelah meriwayatkan hadits tersebut, At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan gharib."
Al-Mubarakfuri berkata, "Hadits ini dianggap hasan oleh At-Tirmidzi dan di sanadnya terdapat perawi bernama Abu Dzilal, yang dipermasalahkan. Tapi, hadits tersebut punya sejumlah hadits penguat dan At-Tirmidzi menyebutkan hadits-hadits penguat tersebut."
Hadits bab ini juga disebutkan Al-Albani di Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir, 5/313, hadits nomer 6222 dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu.
Makna Hadits
Orang Muslim di dunia ini lemah tidak berdaya jika mengandalkan tenaga dan kekuatannya. Dan, ia kuat jika dengan daya dan kekuatan Allah ta'ala. Karena itu, ia dituntut punya waktu-waktu khusus untuk mengevaluasi dirinya, bermunajat kepada Tuhannya, dan memperbarui perjanjiannya dengan Tuhannya.
Bertitik tolak dari hal ini, maka shalat lima waktu dan pesan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada orang Muslim di hadits bab ini terasa sekali urgensinya. Ya, ia hendaknya mengerjakan shalat Shubuh secara berjama'ah, lalu duduk guna berdzikir kepada Allah ta'ala hingga matahari terbit (dalam arti waktu makruh shalat sunnah telah hilang), lantas ia mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua raka'at. Jika itu ia kerjakan, ia meraih pahala seperti pahala yang diperoleh orang yang melakukan haji dan umrah, secara utuh, tanpa kurang sedikit pun.
Ada sejumlah hadits tentang keutamaan menghidupkan waktu antara setelah shalat Shubuh hingga matahari terbit dengan dzikir dan shalat. Di antaranya sebagai berikut:
1. Diriwayatkan dari Sahl bin Muadz bin Anas Al-Juhani dari ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa duduk di tempat shalatnya usai melakukan shalat Shubuh hingga ia mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua rakaat, tanpa mengucapkan apa-apa kecuali yang baik, maka dosa-dosanya diampuni, kendati lebih banyak dibandingkan buih di laut.” (HR Abu Dawud, Ahmad)
2. Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu bahwa usai mengerjakan shalat Shubuh, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam duduk di tempat beliau shalat hingga matahari terbit dengan baik. (HR Muslim)
3. Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu anhu yang berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa nengerjakan shalat Shubuh secara berjama'ah lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, dan mengerjakan shalat dua raka'at, ia pulang dengan membawa pahala haji dan umrah."
Dan hadits-hadits lainnya.
Hikmah Hadits Ditinjau dari Aspek Dakwah dan Aspek Tarbiyah
Ada banyak hal yang bisa dipetik dari hadits bab ini ditinjau dari aspek dakwah dan aspek tarbiyah. Diantaranya sebagai berikut:
1. Urgensi memaksimalkan waktu antara shalat Shubuh hingga matahari terbit dengan melakukan dzikir, shalat, dan lainlain jika orang Muslim tidak kelelahan, atau sakit, atau tidak punya urusan penting. Ada baiknya ia mengetahui hal-hal berikut agar semangatnya terjaga:
2. Urgensi orang Muslim mengerjakan shalat Dhuha sebelum beranjak dari tempat ia mengerjakan shalat Shubuh, karena disebutkan di hadits bahwa shalat Dhuha itu bentuk syukur kepada Allah ta'ala atas nikmat sehat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Setelah meriwayatkan hadits tersebut, At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan gharib."
Al-Mubarakfuri berkata, "Hadits ini dianggap hasan oleh At-Tirmidzi dan di sanadnya terdapat perawi bernama Abu Dzilal, yang dipermasalahkan. Tapi, hadits tersebut punya sejumlah hadits penguat dan At-Tirmidzi menyebutkan hadits-hadits penguat tersebut."
Hadits bab ini juga disebutkan Al-Albani di Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir, 5/313, hadits nomer 6222 dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu.
Makna Hadits
Orang Muslim di dunia ini lemah tidak berdaya jika mengandalkan tenaga dan kekuatannya. Dan, ia kuat jika dengan daya dan kekuatan Allah ta'ala. Karena itu, ia dituntut punya waktu-waktu khusus untuk mengevaluasi dirinya, bermunajat kepada Tuhannya, dan memperbarui perjanjiannya dengan Tuhannya.
Bertitik tolak dari hal ini, maka shalat lima waktu dan pesan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada orang Muslim di hadits bab ini terasa sekali urgensinya. Ya, ia hendaknya mengerjakan shalat Shubuh secara berjama'ah, lalu duduk guna berdzikir kepada Allah ta'ala hingga matahari terbit (dalam arti waktu makruh shalat sunnah telah hilang), lantas ia mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua raka'at. Jika itu ia kerjakan, ia meraih pahala seperti pahala yang diperoleh orang yang melakukan haji dan umrah, secara utuh, tanpa kurang sedikit pun.
Ada sejumlah hadits tentang keutamaan menghidupkan waktu antara setelah shalat Shubuh hingga matahari terbit dengan dzikir dan shalat. Di antaranya sebagai berikut:
1. Diriwayatkan dari Sahl bin Muadz bin Anas Al-Juhani dari ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa duduk di tempat shalatnya usai melakukan shalat Shubuh hingga ia mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua rakaat, tanpa mengucapkan apa-apa kecuali yang baik, maka dosa-dosanya diampuni, kendati lebih banyak dibandingkan buih di laut.” (HR Abu Dawud, Ahmad)
2. Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu bahwa usai mengerjakan shalat Shubuh, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam duduk di tempat beliau shalat hingga matahari terbit dengan baik. (HR Muslim)
3. Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu anhu yang berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa nengerjakan shalat Shubuh secara berjama'ah lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, dan mengerjakan shalat dua raka'at, ia pulang dengan membawa pahala haji dan umrah."
Dan hadits-hadits lainnya.
Hikmah Hadits Ditinjau dari Aspek Dakwah dan Aspek Tarbiyah
Ada banyak hal yang bisa dipetik dari hadits bab ini ditinjau dari aspek dakwah dan aspek tarbiyah. Diantaranya sebagai berikut:
1. Urgensi memaksimalkan waktu antara shalat Shubuh hingga matahari terbit dengan melakukan dzikir, shalat, dan lainlain jika orang Muslim tidak kelelahan, atau sakit, atau tidak punya urusan penting. Ada baiknya ia mengetahui hal-hal berikut agar semangatnya terjaga:
a. Ia tahu waktu antara shalat Shubuh hingga matahari terbit adalah waktu yang paling bermanfaat untuk kesehatan badannva dibandingkan waktu-waktu lainnya. Minimal, ia bisa menghirup udara segar dan baru yang tidak terpolusi oleh kemaksiatan dan dosa manusia.
b. Ia tahu waktu antara shalat Shubuh hingga matahari terbit seperti dikatakan di salah satu hadits, adalah waktu pembagian rizki kepada seluruh makhluk dan setiap makhluk diberi jatah rizqi sesuai dengan kadar tenaga dan keringat yang ia keluarkan.
c. Ia tahu pahala besar yang diberikan Allah tabaraka wata'ala kepada orang yang mengisi waktu antara shalat Shubuh hingga matahari terbit dengan beragam ibadah (ketaatan), seperti dinyatakan hadits bab ini.
d. Ia tahu generasi salaf adalah generasi yang amat peduli dengan waktu antara shalat Shubuh hingga matahari terbit kendati harga yang harus mereka bayar amat mahal.
Umar bin Abdul Aziz radliyallahu anhu selalu mengisi waktu antara shalat Shubuh hingga matahari terbit dengan melakukan sejumlah ibadah (ketaatan). Jika ia diserang rasa kantuk, ia berjalan di halaman rumahnya sambil berkata, "Bagaimana mata tidur nyenyak tanpa tahu di tempat mana ia singgah (setelah mati)?"
2. Urgensi orang Muslim mengerjakan shalat Dhuha sebelum beranjak dari tempat ia mengerjakan shalat Shubuh, karena disebutkan di hadits bahwa shalat Dhuha itu bentuk syukur kepada Allah ta'ala atas nikmat sehat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap persendian nanusia punya kewajiban bersedekah pada setiap pagi. Salam yang ia ucapkan kepada orang yang ia temui adalah sedekah, upayanya menyuruh yang baik adalah sedekah, upayanya melarang kemungkaran adalah sedekah, usahanya menyingkirkan hal-hal yang mengganggu dari jalan adalah sedekah, dan ia menggauli istrinya adalah sedekah. Dan, itu semua bisa diganti dengan dua raka'at shalat Dhuha." (HR Abu Dawud, Ahmad)
*sumber: Taujihat Nabawiyah ala Ath-Thariq (DR As-Sayyid Muhammad Nuh)
No comments for "Shubuh jama'ah dilanjut dzikir dan Dhuha berpahala Haji dan Umrah"!
Posting Komentar