Modul SMK, Akuntansi, Keislaman, Tarbiyah, Motivasi dan Inspirasi

Laju yang semakin cepat membuat terpaan angin semakin kencang menerpa tubuh gadis itu. Dia mengendarai motor seirama dengan degup jantungnya yang semakin cepat. Dada yang terasa sesak tak dihiraukannya, terlalu sibuk ia dengan pikirannya melayang bersama angin yang membawanya pada seorang ikhwan yang membuatnya resah akhir-akhir ini.



Istighfar selalu terucap dalam hatinya, ia lantunkan bersama lelehan airmata di sepertiga akhir malam. Mohon ampun ia pada Sang Pencipta hati. Rintihan hati ia adukan pada Sang Kekasih hati yang hakiki. Allah robbul izzati. Pertemuan tanpa kesengajaan, itu saat ia pertama bertatap langsung dengan pemuda itu. Meskipun sesekali ia bertemu dengan pemuda bermata sipit itu di kampus, tapi ia tak memperdulikan karna memang belum saling kenal.

Sampai akhirnya ia diajak oleh seorang teman dan ia berkenalan langsung dengan pemuda itu di sebuah pertemuan bisnis bersama kelima orang yang belum ia kenal. Ia sudah merasa bahwa pemuda itu bukan pemuda biasa layaknya teman-teman cowok sekelasnya ataupun dengan kelima orang yang belum ia kenal itu. Ikhwan, mungkin itu cocok untuk pemuda itu. Tapi pertemuan itu belum berdampak apa-apa. Hanya sedikit rasa kagum, mungkin bisa dikata juga dengan salut. Itu pun hanya karna pemuda itu berbeda dengan teman-temannya yang berpenampilan yang di kata style anak muda sekarang.
Gadis itu aktif di sebuah organisasi keagamaan di kampusnya. Suatu ketika organisasinya bekerjasama dengan beberapa organisasi kampus. Pertemuan ketiga pun terjadi, setelah pertemuan kedua mereka di kelas yang kebetulan mereka sama-sama mengambil mata kuliah dan jam yang sama. Pertemuan kedua itu tak ada saling sapa, begitulah cara kebanyakan para aktivis untuk saling menghormati antara seorang akhwat dan ikhwan. Mereka sudah sama-sama tahu keaktifan masing-masing di dunia dakwah, ikhwan itu aktif di organisasi keagamaan tingkat fakultas, sedang gadis itu aktif di tingkat universitas. Dari pertemuan ketiga mereka inilah gadis yang biasa di kenal supel dan akhwat rada tomboy ini merasa ada getaran dalam hatinya. Awalnya dia menyimpulkan bahwa hanya sekedar rasa salut akan semangat pemuda itu. Ketika kebanyakan panitia merasa loyo dengan pikiran yang berkecamuk perihal agenda itu, ia sebagai senior selalu menyemangati juniornya. Ketika senior yang lain sibuk dengan urusan masing-masing, dia dengan sabar dan semangat memberi vitamin-vitamin penuh energi. Kontribusinya dalam dakwah tak diragukan lagi.
Entah sejak saat itu mereka sering berpapasan di kampus, meskipun tak ada saling sapa. Gadis itu memang berusaha menjaga pandangannya, ia tak ingin menodai hatinya lagi. Cukup untuk kisahnya dengan seorang pemuda yang pernah mengisi hatinya, yang kemudian menyisakan rasa kecewa, sakit dan penyesalan yang luar biasa di lubuk hatinya. Dan sejak saat itu dia tak ingin lagi melabuhkan rasa cintanya pada orang yang tidak halal baginya. Suatu kebodohan yang luar biasa menurutnya. Tapi kerisauan kini menghampirinya lagi. Perasaan yang tak ia mengerti pada ikhwan itu membuatnya merasa takut setiap hari. Dia tak punya nyali untuk mengartikannya.
Siang itu ia berkumpul dengan teman-temannya. Mereka ngobrol sembari menunggu giliran persentasi video yang mereka buat. Teman gadis itu, Deka, menghampirinya dan memberikan undangan pernikahannya. Gadis itu terkejut luar biasa dibuatnya. Deka yang ia kenal sebagai teman yang masih suka bermain layaknya anak SMP, Deka yang ia kenal sebagai teman yang masih kekanakan akan melangsungkan pernikahan dengan seorang pemuda yang tegap dan gagah, nampak dari foto pre-wedding mereka. Sempat ia merasa iri, lalu cepat-cepat ia beristigfar mohon ampun. Dia memang pernah berniat untuk segera menikah untuk menjaga hati dan dirinya. Tapi ia urungkan karna ditentang oleh kedua orangtuanya.

Lama ia memandangi undangan itu, ia membaca do’a kedua calon mempelai
Ya Allah Ya Malik Al-Quddus
Sempurnakanlah kebahagiaan kami dengan menjadikan perkawinan kami ini
Sebagai ibadah kami kepada-Mu dan bukti pengikut serta cinta kami kepada sunnah Rasul-Mu,
Kuatkanlah kami dalam ikatan penuh iman, sempurnakanlah kami dalam tautan tawakal berbingkai Rahmad dan Ridho-Mu
Anugerahilah kami dengan keturunan yang saleh yang berbakti kepada-Mu dan taat kepada kedua orangtua
Rahmatilah kami semua dalam kehidupan yang barokah bahagia di dunia sampai di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka. Amiin…

Hati gadis itu bergetar, jantungnya berdegup cepat. Dalam hati ia berkata “Ya Rabb…kapan aku bertemu dengan hamba-Mu yang Engkau takdirkan dia untukku? Kapan aku bisa menyempurnakan ibadahku pada-Mu itu? Kapan aku bisa menjalankan sunnah Rasul-Mu?” Rasa rindu pada hamba Allah itu menelusup ke relung jiwanya. Meski ia tak tahu siapa dia. Jauh di dalam sana dia berharap hamba Allah itu bisa membantunya untuk menjaga diri dan hati. Gadis itu mencoba untuk sadar dari lamunan yang menyibukkannya. Dan. Ketika ia sadar dari lamunannya, hanya berselang beberapa detik saja, ikhwan itu melintas di hadapannya seraya mengembangkan senyum di bibirnya. Bulan sabit yang sempurna. Gadis ini berusaha mengembangkan senyumnya, dengan sangat ringan bulan sabit pun terkembang di bibir merah jambu gadis itu. Tapi entah hanya untuk menghargai atau memang itu yang diinginkan gadis itu. Dia tak mau lama memikirkan apa alasannya. Dia sudah terlalu sibuk bertanya dalam hati. Kenapa tiba-tiba dia di hadapanku ketika aku memikirkan semua itu? Itu inti dari beribu tanda tanya dalam hatinya.
Hari-hari begitu meresahkan gadis berparas manis itu. Menangis dalam setiap sujudnya menjadi penawar untuk hatinya yang resah. Sekali lagi dia tak mau mengartikan rasa dan resah itu. Terlalu takut atau tak punya nyali?! Hampir sama. Ia pasrahkan semua pada Sang Penciptanya. Cukup Allah saja yang mengetahuinya, ia sendiri pun tak ingin tahu sebelum waktunya. Meskipun gadis itu sudah merasakan keanehan yang ia sendiri tak berani menerjemahkan, tapi ia tetap pada pendirian. Cukup Allah yang tahu. “Ya Rabb…genggamlah hatiku, pegangi aku Ya Rabb, jika Engkau takdirkan dia untukku, mungkin itu penawar segala keresahanku, namun jika tak Engkau takdirkan dia untukku, ku yakin itu terbaik untukku, karna semua akan indah pada waktunya”

No comments for "Di Sudut Hati Akhwat"!

Artikel Populer

Akuntansi, Pajak, Accurate, Tarbiyah dan Dakwah

FB _Q

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog