Modul SMK, Akuntansi, Keislaman, Tarbiyah, Motivasi dan Inspirasi

DESAIN SYSTEM INSTRUKSIONAL

Disain Intruksional adalah suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar. (Seels & Richey, AECT 1994)

Adapun sifat-sifat desain pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi Pada Peserta Didik
Desain pembelajaran memang mengacu pada peserta didik. Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga desain pembelajaran tersebut harus disesuaikan dengan karakteristik pebelajar yang berbeda-beda.
2. Alur berpikir Sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistem diterapkan secara optimal dalam disain pembelajaran sebagai kerangka berpikir. Sistem sebagai rangkaian komponen dengan masing-masing fungsi yang berbeda, bekerjasama dan berkoordinasi dalam melaksanakan satu tujuan yang telah ditentukan. Rumusan ini menunjukan bahwa belajar mengajar merupakan suatu sistem. Jika salah satu komponen dalam system tersebut tidak ada, maka tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan berubah.
3. Empiris dan Berulang
Setiap model desain pembelajaran bersifat empiris. Model apapun yang diajukan oleh pakar telah melalui serangkaian uji coba yang mereka lakukan sendiri sebelum dipublikasikan. Pada penggunaannya, pengguna dapat menerapkan dan memperbaiki setiap tahap berulang kali sesuai dengan masukan demi untuk efektivitas pembelajaran.
Model Disain Pembelajaran adalah kerangka konseptual dan komunikasi yang dapat digunakan untuk memvisulisasikan, mengarahkan dan mengatur proses untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas tinggi.
Tak ada satu pun model desain pembelajaran yang cocok untuk satu kondisi tertentu.

Berikut ini adalah tabel “Taxonomy of ID Model” :
Karakteristik Berorientasi Kelas Berorientasi Produk Berorientasi Sistem
Typical Output 1/ lebih dari jam belajar
Belajar mandiri
Kurikulum keseluruhan
Sumber Tidak banyak banyak banyak
Tim/ Individu individu Biasanya tim Tim
ID Skill/ Pengalaman sedikit banyak Banyak/ sangat banyak
Analisis kebutuhan rendah Menengah- tinggi Menengah-tinggi
Kerumitan dalam Teknologi rendah Menengah-tinggi Menengah-tinggi
Diuji cobakan/ revisi Sedikit-menengah Sangat banyak Sedikit-menengah

Share This
Viewed 161 times by 53 viewers


Perbedaan behavioristik, humanistik, konstruktivistik, by dj
http://tpers.net/?p=964
Posted by nurhadijah on Friday, May 30th 2008
Landasan teori belajar mengungkapkan dasr hubungan antara kegiatan siswa dengan proses-proses psikologi dalam diri siswa.Landasan teori belajar mengungkapkan hubungan yang dasar antara fenomena yang ada dalam diri siswa.
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Teori belajar humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud – maksud pribadi yangf mereka hubungkan kepada pengalaman- pengalamn mereka senidri.Proses belajar dilakukan dengan memberikan kebebesan yang sebesar – besarnya kepada individu.
Teori belajar kontruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri.Pengetahuan ada dalam diri seseorang.Si belajar dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas.
• Behavioristik menekankan pada keterampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan
• Humanistik menekankan bahawa perilaku setiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri yang dihubungkan dengan pengalaman – pengalaman mereka sendiri.
• kontruktivistik menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam , pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa.
Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya , meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya ,Suatu pengetahuan diangap benar bila pengetahuan itu berguna menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja , melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing – masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatun yang sudah ada,melainkan suatun proses yang berkembang terus – menerus. Dalam proses itui keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuanya.

Socio-Constructivisme ?
http://tpers.net/?p=1050
Posted by Uwes Anis Chaeruman on Monday, October 13th 2008

Topik ini adalah request dari pembaca bernama Liesn yang meminta rujukan terkai dengan socio-constructivism. Here it is Lies! mudah-2an membantu Anda
Ide dasar konstruktifisme sebenarnya sederhana, yaitu bahwa pengetahuan manusia diperoleh dengan cara dibangun, bukan diajarkan, manusia itu sendiri yang membangun pengetahuannya. Oleh karenanya, pemelajar didorong untuk secara aktif membangun pengetahuan dalam situasi yang realistis dan kontekstual, daripada hanya sekedar menerima pengetahuan secara pasif dalam situasi yang formal, membosankan, dan ooc alias out of context. Oleh karena itu, dalam konteks konstruktifistik, peran guru tidak lagi sebagai information dispencer (pencekok informasi) tapi pembangun pengetahuan sebagai fasilitator untuk semua peserta didiknya.
Pertanyaan dari pemirsa adalah apa bedanya antara kognitif-konstruktivistik dengan sosio-konstruktivistik? Apa sih karakteristik serta contoh penerapan dari sosio-konstruktifistik itu? Baiklah, mari kita jawab disini …
Konon, berdasarkan sejarahnya memang ada dua trend prspektif teori belajar konstruktivistik ini, yaitu paham kognitif-konstruktivism dan paham sosio-kultural konstruktivism. Begitu ceritanya. Paham pertama, adalah paham yang dilihat dari perspektif individu yang dipelopori oleh Jean Piaget (1896 - 1980). Ini teori konstruktifistik juga. Sederhananya begini, menurut Eyang Piaget, manusia membangun pengetahuannya secara internal dalam diri individu masing-masing melalui proses adaptasi dan organisasi terhadap segala peristiwa eksternal menjadi pengetahuan dan ketika pengetahuan lama dan pengetahuan baru di organisasikan menjadi pengetahuannya yang lebih kompleks maka pengetahuannya akan terbangun secara terus menerus. Paham kedua, adalah berdaasarkan perspektif sosial, dengan asumsi pengetahuan manusia dibangun dalam konteks sosial. Paham ini dipelopori oleh Mbah Lev Vigotsky (1896 - 1934). Pengetahuan terbangun karena adanya interkasi sosial antara satu individu dengan individu lainnya. Itu aja bedanya, menurut saya keduanya memiliki kesamaan ide yang jelas yaitu bahwa pengetahuan itu harus dibangun bukan diajarkan dan bahwa pemelajar itu harus didorong untuk membangun pengetahuan baik secara individu maupun dalam konteks sosial.
Sekarang kita lihat apa sih karakteristik pembelajaran konstruktifistik, terlepas dari perspektif kognitif maupun sosio-cultural?
Ciri utama pembelajaran konstruktivistik adalah adanya partisipasi aktif siswa misalnya dalam memecahkan masalah, berpikir kritis, dan lain-lain terkait dengan aktifitas belajar yang relevan, kontekstual dan otentik serta menarik buat dirinya. Mereka membangun pengetahuan dengan cara menguji ide-ide dan pendekatan-pendekatan mereka sendiri berdasarkan atas pengetahuan dan pengalaman awal mereka yang kemudian diaplikasikan dengan situasi baru yang menantang sehingga terintegrasi menjadi pengalaman dan pengetahuan/keterampilan baru.
Nah. menurut Mbah Jonassen (1994), sebenernya ada setidaknya delapan karakteristik pembelajaran konstruktivistik. Inilah mereka:
1. Pembelajaran yang konstruktivistik menyediakan representasi realitas yang beragam;
2. Representasi realitas yang ebragam tersebut jangan terlalu disederhanakan, tapi sebaliknya merepresentasikan kompleksitas dunia senyatanya. artinya tidak direka-reka apalagi dibuat-buat.
3. Pembelajaran yang konstruktivistik menekankan pada pembangunan pengetahuan dari pada sekedar reproduksi pengetahuan. Apalagi menghapal pengetahuan
4. Pembelajaran yang konstruktivistik juga menekankan pada tugas-tugas otentik yang kontekstual dan bermakna bagi siswa dari pada hanya menyampaikan pengetahuan yang abstrak dan tidak kontekstual. Nah, lho? Bukankah praktek mengajar sekarang mostly seperti itu?
5. Pembelajaran yang konstruktivistik menyediakan seting lingkungan dunia senyatanya atau pembelajaran bedasarkan kasus (case-based learning). Daripada hanya sekedar mengikuti instruksi pengajaran yang kebanyakan disampaikan oleh guru sebagai pencekok informasi.
6. Pembelajaran yang konstruktivistik mendorong berpikir reflektif terhadap pengalaman baru yang dia rasakan.
7. Pembelajaran yang konstruktivistik mampu membangun pengetahuan baik dari sisi konten maupun konteks.
8. Pembelajaran yang konstruktivistik mendukung konstruksi pengetahuan kolaboratif melalui interaksi sosial, bukan kompetisi antar pemelajar yang lainnya. Jadi mendorong untuk saling menjadi mitra belajar satu sama lain (community-based knoswledge building).
Ups… rapat ISODEL 2008 (International Symposium on Distance Educaton and Learning) dulu. Contoh penerapannya menyusul ya ….
Oh, ya. Literatur tentang semua hal terkait dengan konstruktivism ada dibawah ini lho? Silakan Anda browse bukunya di amazone.com atau seach via google dengan mengetikan berbagai keyword terkait dengan daftar litertaur tersebut dibawah ini:
Anderson, J. A., Reder, L. M., & Simon, H. A. (1997). Rejoinder: Situative versus cognitiv perspectives: Form versus substance. Educational Researcher 26(1),18-21.
Anderson, J. R. (1980, first edition). Cognitive Psychology and its Implications. San Francisco: Freeman
Anderson, J. R., Reder, L. M., & Simon, H. A. (1996). Situated learning and education. Educational Researcher, 25(4), 5-11.
Anderson, J.R., Reder, L.M. & Simon, H.A.. Applications and misapplications of cognitive psychology to mathematics education. Pittsburgh: Carnegie Mellon, University, Department of psychology. http://act.psy.cmu.edu/personal/ja/misapplied.html (23-2-2002)
Anderson, John R., Greeno James G., Reder, Lynne M. & Simon Herbert A. (1999). Perspectives on Learning, Thinking, and Activity. Educational Researcher, Vol. 29, No, 4, pp. 11-13
Barrows, H.S. (1985). How to design a problem-based curriculum for the preclinical years. New York: Springer Publishing Co.
Bereiter, C. (in press, 2002) Education and Mind in the Knowledge Age. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.( ISBN: 0-8058-3942-9). http://csile.oise.utoronto.ca/edmind/edmind.html (23-2-2002)
Boudourides, Moses A.. Constructivism and education: a shopper’s guide. http://www.math.upatras.gr/~mboudour/articles/constr.html (23-02-2002)
Brown, A.L., & Palincsar, A.S. (1989). Guided, co-operative learning and individ ual knowledge acquisition. In L.B. Resnick (Ed.), Knowing, learning and instruction (pp. 393 - 451). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.
Brown, J., Collins, A., & Duguid, P. (1989). Situated cognition and the culture of learning, Educational Researcher, 18, 32 - 41.
Cobb, P., Yackel, E. & Wood, T. (1992). A constructivistic alternative to the representational view of mind in mathematics education. Journal of Research in Mathematics education, 23, 2-33.
Cognition and Technology Group at Va nderbilt (1991). Technology and the Design of Generative Learning Environments. Educational Technology, May 1991, p. 34-40. ISSN 0013-1962
Cognition and Technology Group at Vanderbilt (1992). The Adventures of Jasper Woodbury: Assessment of Instructional Outcomes. Internal publication, p. 1-19
Cognition and Technology Group at Vanderbilt (1993). Anchored Instruction and Situated Cognition Revisited. Educational Technology, March 1993, p. 52-71.
Cognition and Technology Group at Vanderbilt. (1990). Anchored instruction and its relationship to situated cognition. Educational Researcher, 19, (6), 2 - 10.
Cole, Michael, & Wertsch, James V., Beyond the Individual-Social Antimony in Discussions of Piaget and Vygotsky. http://www.massey.ac.nz/~alock//virtual/colevyg.htm (23-2-2002)
Duffy, T.M. and Jonassen, D.H. (1991). Constructivism: new implications for instructional technology. Educational Technology, May 1991, p. 7-12.
Duffy, T.M., Lowyck, J., & Jonassen, D.H. (Eds.) (1992). Designing environments for constructive learning. Berlin, Germany: Springer-Verlag.
Duffy, Th. M. & Jonassen, D.H. (Eds.) (1992). Constructivism and the Technology of Instruction. A Conversation. Hillsdale, N.J.: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers.
Duffy, Thomas M., & Jonassen, David H. (1992) Constructivism and the Technology of Instruction: A conversation. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publ. Emtech Website
Glasersfeld, E. von, (2001) The radical constructivist view of science. In: A. Riegler (Ed.), Foundations of Science, special issue on “The Impact of Radical Constructivism on Science”, vol. 6, no. 1–3: 31–43.
Glasersfeld, E. von (1989). “Cognition, Construction of Knowledge and Teaching.” Synthese, 80(1), 121-140.
Glasersfeld, E. von (1990). “Environment and Education.” In L.P. Steffe & T. Wood (eds.), Transforming Children’s Mathematics Education: International Perspectives, (pp. 200-215). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.
Glasersfeld, E. von (1992). “Questions and Answers About Radical Constructivism.” In M.K. Pearsall (ed.), Scope, Sequence, and Coordination of Secondary Schools Science, Vol. 11, Relevant Research, (pp. 169-182). Washington DC: NSTA.
Greeno, J. G. (1997). On claims that answer the wrong questions. Educational Researcher, 26(1), 5-17.
Jonassen, D. (1991). Objectivism vs. Constructivism. Educational Technology Research and Development, 39(3), 5-14.
Jonassen, D. (1991, September). Evaluating Constructivist Learning. Educational Technology, 36(9), 28-33.
Jonassen, D. (1994, April). Thinking technology. Educational Technology, 34(4), 34-37.
Jonassen, D., Davidson, M., Collins, M., Campbell, J., & Haag, B. (1995). Constructivism and computer-mediated communication in distance education. American Journal of Distance Education 9, 7-26.
Jonassen, David, H., Peck, Kyle L., & Wilson, Brent G., (1999) Learning with Technology. A constructivistic perspective. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, Inc.
Kanselaar, G., Jong, T. de, Andriessen, J., & Goodyear P. (2000). New Technologies. In: Robert-Jan Simons, Jos van der Linden, and Tom Duffy (eds.): New Learning. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers, 55-83.
KF (Knowledge Forum). (2001). Information and demo at the World Wide Web: http://www.learn.motion.com/lim/kf/KFO.html
L.R. Resnick (1987). Learning In School and Out. Educational Researcher, Dec. 1987, p. 13-20.
Lave, J. (1988). Cognition in Practice: Mind, Mathematics and Culture in Everyday Life. Cambridge, UK: Cambridge University Press.
Petraglia-Bahri, Joseph (1996) Reality by Design: The Rhetoric and Technology of Authenticity in Education. Lawrence Erlbaum Associates.
Piaget, J. (1952). The Origins of Intelligence in Children. New York: International Universities Press.
Piaget, J. (1972). Psychology and Epistemology: Towards a Theory of Knowledge. Harmondsworth: Penguin.
Piaget, J., and B. Inhelder (1969). The Psychology of the Child, transl. H. Weaver. New York: Basic Books.
Resnick, L. (1987) “The 1987 AERA Presidential Address: Learning in School and Out,” Educational Researcher, 16 (9), 13-20.
Salomon, G. (1997) Novel Constructivist Learning Environments and Novel Technologies: Some Issues to Be Concerned With. Invited Key note Address presented at the EARLI meeting, Athens, August 1997
Salomon, G. (1998). Novel Constructivist Learning Environments and Novel Technologies: Some Issues to Be Concerned With. Research Dialogue in Learning and Instruction, (1), 1, 3-12.
Salomon, G., Perkins, D.N., & Globerson, T. Partners in cognition; extending human intelligence with intelligent technologies. Educational Researcher, 3, 1991, p. 2-9.
Savery, J.R., & Duffy, T.M. (1994). Problem based learning: An instructional model and its constructivistic framework. Educational Technology (august 1994).
Scardamalia, M., & Bereiter, C. (1996). Adaptation and Understanding. In S. Vosniadou, E. DeCorte, R. Glaser & H. Mandl (Eds.), International Perspectives on the design of Technology-Supported Learning Environments (pp. 149-183). Mahwah, NJ: Lawrence Earlbaum Associates.
Scardamalia, M., Bereiter, C., & Lamon, M. (1994). The CSILE-project: Trying to bring the classroom into World 3. In K. McGilly (Ed.), Classroom lessons: Integrating cognitive theory and classroom practice (pp. 202-229). Cambridge: MIT Press.
Spiro, R. J., Feltovich, P.J., Jacobson, M.J., & Coulson, R.L. (1991) Cognitive Flexibility, Constructivism, and Hypertext: Random Access Instruction for Advanced Knowledge Acquisition in Ill-Structured Domains. Educational Technology, May 1991, pp. 24-33. http://www.ilt.columbia.edu/Publications/papers/Spiro.html
Vygotsky, L. (1978). Mind in Society. Ed. M. Cole et al. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Vygotsky, L. (1986). Thought and Language. Transl. and ed. A. Kozulin. Cambridge, MA: The MIT Press. (Originally published in Russian in 1934.)

No comments for "DESAIN SYSTEM INSTRUKSIONAL"!

Artikel Populer

Akuntansi, Pajak, Accurate, Tarbiyah dan Dakwah

FB _Q

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog