Modul SMK, Akuntansi, Keislaman, Tarbiyah, Motivasi dan Inspirasi


KEBIASAAN BURUK KITA
bY Mustpram,S.Pd.


Suatu ketika di sebuah apartemen lantai 10 terdapat beberapa orang sedang berdiskusi. Setelah agak lama mereka berdiskusi, beberapa orang kemudian melihat ke apartemen di depannya. Pandangan matanya tertuju dan terbelalak melihat betapa kotornya apartemen orang lain tersebut. Namun sejurus kemudian, dia lebih terkejut lagi ketika ia berdiri dan mendekati kaca jendelanya dan ternyata kaca jendela apartemen miliknyalah yang sangat kotor sehingga apapun yang ia pandang di luar sana telihat kotor dan jorok.

Kemudian ia panggil cleaning service untuk membersihkan kaca jendela apartemennya. Setelah dibersihkan kemudian dia bergumam, "Alangkah bagusnya apartemen di depan itu dan itu oh langitnya bersih".

Apa yang kita bisa renungkan dari kisah sederhana di atas?

Aku ingin mengajak semua pembaca mencoba merenungkan kisah di atas dan mencoba mereflesikan terhadap diri kita.

Tentu kita sepakat bahwa dalam hidup ini kita berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai kalangan di manapun kita berada. Mungkin di sekolah, tempat kerja,di rumah, di perumahan, di jalan, di organisasi dan lain-lain. Dan dalam berinteraksi tersebut kita akan menemukan kenyataan bahwa setiap orang memiliki perilaku sendiri-sendiri sesuai dengan prinsip differential. Dan tentu saja kemudian kita tertarik untuk memberikan appraisal (penilaian) terhadap apa dan siapa saja yang berada di luar diri kita.

Dalam melalukan penilaian inilah apa yang ingin kita renungkan. Sebagian besar manusia, tentu saja termasuk saya, seringkali memberikan penilaian kepada orang lain. Baik berkaitan dengan sikapnya, cara bicaranya, wajahnya, gayanya, cara kerjanya dan sebagainya. Dan acap kali dalam penilaian ini kemudian muncul betapa hebatnya kita karena dapat memiliki ratusan bahkan ribuan rapor merah perilaku orang lain dan kadang diikuti dengan perasaan betapa baiknya dan sempurnanya diri kita dalam segalanya.

Sering dalam obrolan kita terlontar dengan lancarnya black list perilaku atasan, rekan kerja, teman semeja, atau bahkan yang lebih ngeri istri atau suami sendiri. Sepertinya kita udah menyiapkan segalanya dan menghafalnya di luar kepala. Zig Ziglar menyatakan bahwa orang melakukan black campaign terhadap orang lain seperti perlombaan yang akan mendapatkan hadiah yang besar.

Masalahnya adalah mengapa orang memiliki kecenderungan untuk memberikan penilaian negatif terhadap orang lain. Ada baiknya kiranya saya kutipkan sebuah ungkapan yang pernah saya tulis di majalah kesayangan ini:

Watch your thought they became word

Watch your word they became action

Watch your action they became habit

Watch your habit they became character

Watch your character they became your destiny.

Sebagaimana sebuah teko yang berisi teh maka yang keluar darinya tentu saja juga air teh. Tak mungkin keluar air susu. Begitulah kiranya apa yang kita ucapkan dan apa saja yang kita lakukan merupakan refleksi seluruh apa yang ada dalam pikiran dan hati kita. Dan apa artinya. Seringnya orang memberikan statement negatif tentang orang lain bisa jadi karena dalam hati kita dan pikiran kita berjubel di dalamnya memory negatif atau penyakit hati.

Seperti orang yang dalam apartemen yang mengatakan apartemen orang lain kotor padahal yang kotor adalah kaca jendela apartemennya sendiri. Maksudnya ketika kita memberi stempel negatif pada orang lain bisa jadi yang benar-benar negatif itu adalah diri kita atau minimal cara pandang kita yang salah. Kita menilai orang lain tak berjasa, tak berguna, tidak memiliki andil apa-apa dalam organisasi kita, atau melihat orang lain dengan tatapan curiga, "dia begitu pasti ada maunya" atau yang lainnya.

Terkadang masih juga mengeluh dan meratap. Gaji kecil apanya yang menyenangkan?, Guru killer gimana mau nyaman belajar?, Materi segudang gimana mau siap ujian?, Murid sedikit dan jarang datang, gimana mau semangat?, Makanan itu-itu melulu, gimana mau sehat?dan berjuta keluhan yang kita lontarkan setiap detiknya.

Tapi yang ingin ditekankan disini bahwa imajinasi kita-lah penentu segala hal yang kita terima. Ketika mungkin gaji kecil yang kita peroleh, kita persepsikan sebagai suatu rezeki dari Allah, tentu kita tak akan banyak mengeluh. Ketika ada guru 'killer' mengajar, kita persepsikan sebagai cambuk untuk giat belajar, mungkin kita akan selalu bersemangat. Ketika para murid yang jarang hadir, kita persepsikan sebagai akibat dari kekurangan kita dalam membawakan materi (pelajaran) misalnya, mungkin kita akan senantiasa termotivasi untuk memperbaiki diri. Ketika amanah yang bertumpuk dan datang bertubi, kita persepsikan sebagai kesempatan tuk meraih pahala sebesar-besarnya, mungkin tak ada lagi wajah-wajah tertekuk dan cemberut. Ketika pelayanan istri yang begitu-begitu saja kita persepsikan sebagai latihan untuk qona'ah dengan apa yang ada, mungkin rumah tangga akan senantiasa terasa tenteram. Ketika tingkah polah dan kenakalan para bocah yang mengesalkan, kita persepsikan sebagai ajang untuk melatih kesabaran, mungkin kita akan menjadi orangtua yang begitu dicintai putra-putrinya. Ketika hanya ada segelintir SDM di lingkungan kita untuk berda'wah, kita persepsikan sebagai pembelajaran dari Allah dan peluang untuk meraih imbalan-Nya yang lebih besar, mungkin tak akan ada lagi berbagai keluhan.

Begitulah,Kawan.Ternyata persepsi kita, cara pandang kita, paradigma kita dalam mengolah kognisi dan rasa jiwa, begitu menentukan sikap kita dalam menjalani kehidupan. Inilah yang saya sebut dengan jendela hati dan fikiran kita.

Kawan, ada pepatah barat yang mengatakan, You Are What You Think You Are (Kita adalah apa yang kita pikirkan), maka mengapa kita tidak mencoba mengubah pola pikir kita, persepsi-persepsi kita, untuk menjadi lebih positif dan memandang segalanya sebagai hal yang bukan beban? Jika kita telah berpersepsi demikian, maka insya Allah, kehidupan adalah kenikmatan yang harus kita syukuri setiap detiknya, dan kebahagiaan hakiki pun dapat terasakan oleh jiwa-jiwa yang ikhlas lagi lapang.

Nah Kawan, Matahari belum terbit di sebelah barat dan belum tenggelam di sebelah timur bumi. Semoga Dia berkenan memberi kita kesempatan untuk terus memperbaiki diri dalam menghadapi perjalanan yang sangat sebentar ini, salah satunya dengan mempersepsikan segala yang terjadi dalam sebuah kepositifan berfikir, sehingga kita ‘kan terus bersyukur kepadaNya, dalam keadaan apapun. Dan tidak ada buruknya jika kita bersihkan jendelan hati dan fikiran kita agar memiliki positif thingking terhadap apa yang orang lain lakukan dan memberikan apresiasi positif terhadap apa saja yang dilakukan. Bagaimana? MUSTPRAM@TELKOM.NET

No comments for "Kebiasaan buruk KIta"!

Artikel Populer

Akuntansi, Pajak, Accurate, Tarbiyah dan Dakwah

FB _Q

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog