Modul SMK, Akuntansi, Keislaman, Tarbiyah, Motivasi dan Inspirasi

PENYAKIT YANG PALING DITAKUTI SAAT INI

PENATALAKSANAAN FLU BURUNG PADA MANUSIA
dr Widodo Judarwanto SpA
CHILDREN ALLERGY CENTER
Rumah Sakit Bunda Jakarta, Jl Teuku cikditiro 28 Jakarta Pusat
PICKY EATERS CLINIC (KLINIK KESULITAN MAKAN)
JL Rawasari Selatan 50 Jakarta Pusat.
Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
telp : (021) 70081995 – 4264126 – 31922005 email : wido25@hotmail.com , http://alergianak.bravehost.com

Pendahuluan
Departemen Kesehatan Indonesia telah mengidentifikasi adanya infeksi flu burung pada seorang penderita di Tangerang. Penemuan ini telah dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorium resmi WHO di Hongkong. Hal ini merupakan penemuan penderita flu burung pada manusia yang pertama kali di Indonesia. Setahun sebelumnya, tepatnya tanggal 25 Januari 2004 Departemen Pertanian telah mengumumkan secara resmi, terjadi pertama kali kasus avian influenza menyerang unggas di Indonesia
Flu burung atau flu unggas juga sering dikenal sebagai avian influenza, pada umumnya tidak menyerang manusia. Beberapa tipe terbukti dapat menyerang manusia atau suatu tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia. Penyakit mematikan ini telah menjadi pandemi di dunia. Mulai timbul kepanikan di beberapa negara ketika wabah tersebut menyebabkan kematian yang sangat cepat dengan Case Fatality Rate lebih dari 80% .
Penyakit flu burung tercatat pertama kali diidentifikasi di Italia lebih dari 100 tahun lalu. Pada mulanya, penyakit ini adalah penyakit hewan yang menyerang bangsa unggas. Flu burung atau sampar unggas (fowl plaque) adalah penyakit virus yang menyerang berbagai jenis unggas, meliputi ayam, kalkun, merpati, unggas air, burung-burung piaraan, hingga ke burung-burung liar. Virus ini juga menyerang babi, kuda, dan binatang laut menyusui seperti ikan paus dan anjing laut. Terakhir terungkap virus H5N1 ini telah diidentifikasi pada harimau, kucing dan macan tutul. Sebelumnya binatang ini tidak dianggap sebagai bianatang yang dapat dicemari virus flu burung. Babi juga dapat tertular dan sebagai perantara penularan ke manusia. Belakangan terungkap virus bukan hanya menempel di kulit, tetapi dibiakkan dan bermutasi diperedaran darah binatang babi.

Penyebab dan Cara Penularan pada Manusia
Penyebab burung pada bangsa unggas itu adalah virus influenza tipe A. Virus menakutkan ini adalah termasuk family Orthomyxoviridae dari genus Influenza. Ukuran diameter Virions adalah 80 hingga 120 nm yang berbentuk filament. Susunan virus terdiri dari 8 segmen berbeda dari “negative-stranded RNA”. Subtipe H5 dan H7 virus flu burung adalah yang menyebabkan wabah dengan tingkat kematian tinggi (patogenik). Hanya ada satu galur dari virus flu burung yang tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau high-pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1 yang dapat menginfeksi manusia (zoonosis).
Dari penelitian menunjukkan, unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 derajad celcius dan lebih dari 30 hari pada nol derajad celcius. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3 jam atau 60 derajad celcius selama 30 menit. Bahan disinfektan fomalin dan iodine dapat membunuh virus menakutkan ini.
Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva, cairan hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan. Flu burung dapat Jenyebar dengan cepat diantara populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar peternakan dari suatu daerah ke daerah lain. Penyakit ini dapat juga menyerang manusia, lewat udara yang tercemar virus itu. Belum ada bukti terjadinya penularan dari manusia ke manusia. juga belum terbukti adanya penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas. Sebagian besar kasus manusia telah ditelusuri pada kontak langsung dengan ayam yang sakit
Menurut beberapa ilmuwan Australia, Flu burung secara potensial akan lebih buruk ketimbang SARS. Para ilmuwan tersebut tergabung dalam tim WHO yang ikut menanggulangi SARS di China beberapa tahun yang lalu. Kendati SARS juga menular seperti penyakit influenza. Namun kekhawatiran mengenai flu burung dan adanya pandemi flu yang baru akan ratusan kali lebih buruk dari SARS.
Manifestasi Klinis
Tampilan klinis manusia yang terinfeksi flu burung menunjukkan gejala seperti terkena flu biasa. Diawali dengan demam, mialgia, sakit tenggorokan, batuk dan sesak napas. Dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis. Bila tidak segera ditolong, korban bisa meninggal karena berbagai komplikasi. Komplikasi yang mengancam jiwa adalah mengakibatkan gagal napas dan bebrapa kelainan tubuh yang berat lainnya.
Flu burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh anak-anak belum begitu kuat. Masa inkubasi penyakit, dimana saat mulai terpapar virus hingga mulai timbul gejala sekitar 3 hari dengan rentang 2 hingga 5 hari. Sebagian besar penderita mengalami produksi dahak yang meningkat, 30% di antaranya dahaknya bercampur darah. Diare dialami oleh 70% penderita. Semua penderita mengalami kelainan pada pemeriksaan hasil foto roentgen saat pertama kali masuk Rumah Sakit. Diantaranya berupa infiltrat bilateral ekstensif, kolaps lobar, konsolidasi fokal dan air bronchograms. Semua penderita menunjukkan limpopenia dan sebagian besar penderita mengalami trombositopeni. Menurut beberapa ahli flu burung lebih berbahaya dari SARS. Karena kemampuan virus iyang mampu membangkitkan hampir keseluruhan respon bunuh diri dalam sistem imunitas tubuh manusia.
Pemeriksaan untuk penunjang diagnosis sangat diperlukan dalam penatalaksanaan penderita. Petugas laboratorium harus melakukan standar universal precaution. Beberapa specimen yang diambil adalah Spesimen darah, usap tenggorokan dikirim oleh petugas laboratorium atau oleh petugas yang ditunjuk ke Badan Litbangkes untuk konfirmasi diagnosis.
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan adalah : pemeriksaan Darah Lengkap ( hemoglobin, hitung lekosit, hitung jenis lekosit, trombosit, laju endap darah), Albumin/Globulin, SGOT/SGPT, Ureum, Kreatinin, Creatine Kinase , Analisis Gas Darah. Pemeriksaan mikrobiologi yang diperlukan adalah : Pemeriksaan gram dan basil tahan asam, Kultur Sputum/Usap tenggorokan. Pemeriksaan Serologi : dilakukan Rapid test terhadap virus Influenza walaupun mungkin hasilnya tidak terlalu tepat, dan deteksi antibodi (ELISA) serta deteksi antigen (HI, IF/FA).
Definisi Kasus
Dalam penegakkan diagnosis, terdapat beberapa kriteria diagnosis yang digunakan sesuai dengan temuan klinis yang didapatkan pada penderita pada tapan dan waktu tertentu.
Kasus Observasi :
· Panas > 38oC DAN >1 gejala berikut:
o Batuk
o Radang tenggorokan
o Sesak napas yangg pemeriksaan klinis dan laboratoriumnya sedang berlangsung
Kasus Possible (kasus tersangka)
· Demam > 38oC DAN > 1 gejala
i. batuk,
ii. nyeri tenggorokan
iii. sesak napas
· DAN salah satu di bawah ini:
i. hasil tes laboratorium positif untuk virus influenza A tanpa mengetahui subtypenya
ii. kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan penderita yang confirmed
iii. kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan unggas yang mati karena sakit
iv. bekerja di laboratorium 1 minggu sebelum timbul gejala yang memproses sampel dari orang atau binatang yang disangka terinfeksi Highly Pathogenic Avian Influenza
Kasus Probable : Kasus Possible DAN
· Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus influenza A (H5) seperti tes antibodi spesifik pada 1 spesimen serum
Kasus Confirmed (Kasus Pasti)
· Hasil biakan virus positif Influenza A (H5N1) ATAU
· Hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5 ATAU
· Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar > 4 x
· Hasil dengan IFA positif untuk antigen H5
Pengobatan dan Pencegahan
Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah merekomendasikan 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan dan pencegahan influenza A. Jenis obat tersebut diantaranya adalah M2 inhibitors (amantadine and rimantadine) dan neuraminidase inhibitors (oseltamivir and zanimivir). Kadangkala beberapa galur virus influenza menjadi resisten terhadap satu atau lebih jenis obat tersebut. Misalnya, virus influenza A (H5N1) yang berhasil diidentifikasi dari penderita di Asia tahun 2004 – 2005 ternyata resisten terhadap obat amantadine dan rimantadine.
Organisasi Penelitian Ilmu dan Industri Commonwealth (CSIRO) telah melakukan penelitian epidemik selama 20 tahun. Dilaporkan Relenza cukup efektif melawan sampel virus flu burung tipe H5N1. Relenza sebenarnya telah beredar di pasar dunia sejak 1999 sebagai obat pencegah yang efektif terhadap semua jenis flu. Hasil penelitian itu berdasarkan proyek penelitian selama 20 tahun yang melibatkan penelitian CSIRO, bersama Perusahaan farmasi dan obat-obatan Universitas Victoria, Biota Holdings, dan Glaxo Wellcome Australia
Orang yang berisiko mendapat flu burung atau yang terpajan harus mendapat pencegahan dengan oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 1 minggu.Jika vaksin untuk flu burung ini telah tersedia, dapat diberikan pada semua orang yang diduga kontak dengan unggas atau peternakan unggas yang terinfeksi dengan avian influenza (H5N1). Orang yang diindikasikan kontak khususnya orang yang bertugas memisahkan unggas yang sakit atau yang terlibat dalam pemusnahan unggas dan orang yang hidup dan bekerja di peternakan unggas dimana telah dilaporkan terdapat/dugaan H5N. Tenaga kesehatan yang menangani kasus influenza H5N1 pada manusia dan tenaga kesehatan yang bekerja pada sarana pelayanan darurat di daerah terjadinya influenza H5N1 pada burung juga dianggap orang yang beresiko.
Sejauh ini belum ditemukan vaksin yang dapat mencegah penyakit flu burung galur H5N1 pada manusia. Beberapa ahli di berbagai negara maju telah melakukan penelitian untuk menemukan vaksin untuk tersebut. WHO bersama Global Influenza Surveillance Network saat ini mengembangkan prototip virus H5N1 untuk mengungkap lebih jauh penemuan vaksin tersebut. Hingga sekarang belum ada vaksin yang tepat untuk influenza, termasuk avian influenza. Karena waktu perubahan mutasi virus sangat singkat yakni dalam kurun waktu tiga tahun. Perubahan cepat model virus inilah yang menyebabkan para peneliti kesulitan untuk menemukan antiviral yang efektif jangka panjang. Vaksin prototip virus yang telah ditemukan dan dikembangkan tahun 2003 ternyata tidak dapat digunakan lagi. Pada evaluasi awal tahun 2004 ternyata virus telah bermutasi secara bermakna.
Pencegahan umum penyakit ini adalah mencegah kontaminasi dengan binatang, bahan dan alat yang dicurigai tercemar virus. Tahapan kewaspadaan universal standar perlu dilakukan untuk tindakan tersebut. Diantaranya adalah cuci tangan dilakukan di bawah air mengalir dengan menggunakan sabun dan sikat selama kurang lebih 5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh permukaan telapak tangan maupun punggung tangan. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita atau kontak dengan unggas yang dicurigai terinfeksi. Pakaian yang digunakan adalah pakaian bedah atau pakaian sekali pakai. Memakai masker N95 atau minimal masker bedah.Menggunakan pelindung wajah/kaca mata goggle, apron/gaun pelindung, sarung tangan, pelindung kaki atau sepatu boot.
Daftar Pustaka
1. Henzler DJ, Kradel DC, Davison S, Ziegler AF, Singletary D, DeBok P, Castro AE, Lu H, Eckroade R, Swayne D, Lagoda W, Schmucker B, Nesselrodt A. 2003. Epidemiology, production losses, and control measures associated with an outbreak of avian influenza subtype H7N2 in Pennsylvania (1996–98). Avian Diseases 47(Suppl 3):1022–1036.
2. Kobasa D, Takada A, Shinya K, Hatta M, Halfmann P, Theriault S, Suzuki H, Nishimura H, Mitamura K, Sugaya N, Usui T, Murata T, Maeda Y, Watanabe S, Suresh M, Suzuki T, Suzuki Y, Feldmann H, Kawaoka Y. 2004. Enhanced virulence of influenza A viruses with the haemagglutinin of the 1918 pandemic virus. Nature 431(7009):703–707.
3. Neuraminidase Inhibitor Susceptibility Network. 2004. NISN statement on antiviral resistance in influenza viruses. Weekly Epidemiological Record 79(33):306–308.
4. Simonsen L, Fukuda K, Schonberger LB, Cox NJ. 2000. The impact of influenza epidemics on hospitalizations. Journal of Infectious Diseases 181(3):831–837.
5. Snacken R, Kendal AP, Haaheim LR, Wood JM. 1999. The next influenza pandemic: Lessons from Hong Kong, 1997. Emerging Infectious Diseases 5(2):195–203.
6. Stevens J, Corper AL, Basler CF, Taubenberger JK, Palese P, Wilson IA. 2004. Structure of the uncleaved human H1 hemagglutinin from the extinct 1918 influenza virus. Science 303(5665):1866–1870.
7. Kuiken T et al (2004), Avian H5N1 Influenza in Cats, Science 2004 306: 241
8. Tumpey TM, Garcia-Sastre A, Mikulasova A, Taubenberger JK, Swayne DE, Palese P, Basler CF. 2002. Existing antivirals are effective against influenza viruses with genes from the 1918 pandemic virus. Proceedings of the National Academy of Sciences USA 99(21):13849–13854.
9. Tumpey TM, Garcia-Sastre A, Taubenberger JK, Palese P, Swayne DE, Basler CF. 2004. Pathogenicity and immunogenicity of influenza viruses with genes from the 1918 pandemic virus. Proceedings of the National Academy of Sciences USA 101(9):3166–3171.

posted by dr Widodo Judarwanto SpA @ 3:09 AM

No comments for "PENYAKIT YANG PALING DITAKUTI SAAT INI"!

Artikel Populer

Akuntansi, Pajak, Accurate, Tarbiyah dan Dakwah

FB _Q

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog