Modul SMK, Akuntansi, Keislaman, Tarbiyah, Motivasi dan Inspirasi

Struktur Ilmu
http://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/28/struktur-ilmu/
Posted on Oktober 28, 2008. Filed under: Citra Ilmu | Tags: hipotesis, ilmu, keilmuan, kualitatif, kuantitatif, monograf, persepsi, sistem ilmu, struktur ilmu, teknologi |


Ilmu sesungguhnya adalah hasil usaha manusia agar ia semakin beradab. Tujuan utama ilmu adalah untuk mengetahui kebenaran. Baik pengetahuan (produk ilmu) maupun cara (proses ilmu) terdiri dari serangkaian jalan dan langkah untuk mencapai tujuan: mencari dan mengetahui kebenaran. Tetapi tak semua pengalaman manusia dapat didekati secara memuaskan dengan metode keilmuan. Dan karena kebenaran lebih sering bersifat individual, maka pada umumnya ilmuwan membatasi telaah pengalaman yang secara obyektif, logis dan sistematis dapat dipertanggungjawabkan.
Sistem Ilmu
Ilmu adalah suatu sistem yang menghasilkan kebenaran. Ilmu memiliki komponen utama, yaitu:
1) perumusan masalah;
2) pengamatan dan deskripsi;
3) penjelasan;
4) ramalan dan kontrol.
Setiap komponen tersebut memiliki metode tersendiri. Metode keilmuan adalah cara yang singkat dalam mendeskripsikan sistem ilmu yang menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya beserta metode-metode spesifik dari setiap komponen sistem tersebut. Maka, untuk mempelajari suatu ilmu diperlukan pemahaman yang memadai tentang komponen-komponen ilmu yang bersangkutan.
Ilmu bersifat mengoreksi dirinya sendiri. Karena sistematika dan strukturnya, ilmu adalah alat yang paling dapat diandalkan untuk mencari dan mengetahui kebenaran. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa ilmu tak pernah ‘melakukan’ kesalahan. Yang terpenting dalam hal ini adalah kenyataan bahwa sistem ilmu adalah sedemikian rupa, sehingga setiap kesalahan yang dilakukan cepat atau lambat akan diketahui dan diperbaiki.
Perumusan Masalah
Penelaahan keilmuan dimulai dengan adanya masalah. Tetapi tidak semua masalah tepat bagi ilmu, kendati masalah itu secara keilmuan tetap ada gunanya. Perkembangan ilmu dapat memberi kita pengarahan mengenai karakteristik dan cara pemilihan masalah sehingga masalah yang berguna dalam ilmu dapat dirumuskan secara baik.
Suatu cara yang biasa dilakukan dalam menemukan dan merumuskan masalah adalah melewati persepsi kita dalam menghadapi kesulitan tertentu. Merasakan adanya kesukaran juga bisa terjadi bila kita ingin melakukan sesuatu. Namun, masalah yang lebih spesifik kebanyakan ditemukan oleh para ilmuwan sendiri. Salah satu syarat utama dalam hubungan antara ilmuwan dengan masalah yang sedang dihadapi atau dirasakannya adalah bahwa ia menaruh perhatian yang sangat besar terhadap masalah itu. Tanpa perhatian yang cukup terhadap suatu masalah, minat untuk menyelidiki dan mengatasi masalah itu tidak akan dapat dibangkitkan dalam diri seorang peneliti.
Persyaratan Masalah Keilmuan
Tidaklah mudah untuk menemukan ciri utama masalah yang tepat bagi telaah keilmuan karena sangat banyaknya situasi yang dapat membangkitkan kepekaan kita terhadap kesulitan yang kemudian dapat menghasilkan rumusan masalah yang baik. Ciri ideal dari sebuah masalah keilmuan adalah bahwa masalah itu penting, antara lain:
1) karena pemecahannya berguna;
2) bila masalah itu menghubungkan pengetahuan yang sebelumnya dianggap berdiri sendiri-sendiri ke dalam suatu kesatuan; atau
3) karena mampu mengisi celah yang masih ada dalam khazanah pengetahuan kita.
Tetapi penilaian penting atau tidaknya suatu masalah masih bersifat individual karena hingga kini belum ada aturan yang spesifik tentang perumusan masalah. Hal ini disebabkan oleh sifat demokratis dalam ilmu. Karena itu pula, setiap ilmuwan dapat menganggap penting suatu masalah dan membiarkan orang lain menganggap penting masalah yang lain. Maka dapat dipahami mengapa ilmu berkembang ke semua jurusan.
Sekali masalah yang menarik dan penting telah dipilih, terdapat beberapa ciri tertentu untuk dapat merumuskan maslaah secara keilmuan. Suatu masalah harus dinyatakan secara tepat agar memungkinkan kita untuk memilih fakta yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Selain menarik dan penting, masalah keilmuan harus dapat dijawab dengan jelas. Masalah keilmuan tidak boleh dirumuskan sedemikian rupa sehingga berapa pun jumlah jawaban yang diberikan akan tetap memenuhi syarat.
Selanjutnya, setiap jawaban terhadap permasalah mesti dapat diuji oleh orang lain. Verifikasi oleh orang lain terhadap suatu masalah yang sama haruslah menghasilkan jawaban yang sama pula.
Ciri-ciri Lainnya dari Masalah Keilmuan
Suatu masalah keilmuan juga harus:
1) dirumuskan sedemikian sehingga pengumpulan data dapat dilakukan secara obyektif;
2) masalah itu dapat dijawab lewat penelaahan keilmuan dengan ketersediaan data faktual;
3) mengandung unsur pengukuran dan definisi dari variabel yang terdapat di dalamnya karena tanpa itu orang lain tak dapat menguji hasilnya dan karena sifat-sifat eksplisit, analitik, obyektif dan verifikatif ilmu tak membenarkan pengukuran dan definisi yang bersifat individual.
Perumusan masalah merupakan titik tolak penelaahan keilmuan. Hasil perumusan masalah yang baik biasa disebut hipotesis, yakni suatu pernyataan yang dapat diuji tentang hubungan-hubungan sesuatu yang sedang diteliti dan konsekuensinya yang dapat kita jabarkan secara deduktif. Pengujian hipotesis baik secara langsung maupun tak langsung dengan logika deduktif untuk menguji konsekuensi aneka hubungan dalam masalah yang sedang diteliti harus dilakukan sedemikian rupa sehingga menghasilkan kebenaran. Dan jika terjadi sebaliknya, maka hipotesis itu harus ditolak.
Pengamatan dan Deskripsi
Klasifikasi, pemberian nama dan penataan sifat-sifat tertentu merupakan bagian yang penting dari bagaimana cara para ilmuwan melakukan pengamatan dan deskripsi. Nomenklatur dalam biologi, sebagai contoh, telah memungkinkan pengembangan biologi modern secara lebih sistematis. Namun sejarah keilmuan membuktikan bahwa tidak demikian dengan ilmu-ilmu sosial. Ahli ilmu sosial menemukan berbagai kesulitan dalam klasifikasi karena rumitnya masalah sosial.
Bahasa berperanan penting sekali dalam ilmu dan pengembangannya, sehingga ilmuwan pada semua cabang ilmu berusaha mengembangkan bahasa khusus untuk mengamati dan menguraikan aspek-aspek yang lebih luas yang dapat dicakup secara teknis keilmuan.
Tak satu pun dari komponen ilmu yang tidak bergantung pada komponen lainnya. Sejak perumusan masalah atau sesudah pengajuan hipotesis, dalam langkah-langkah keilmuan selanjutnya, prosedur keilmuan membutuhkan langkah perantara yang berfungsi verifikatif/ konfirmatif. Pemilihan metode untuk menguji hipotesis memperhatikan waktu, ongkos, tenaga kerja dan efisiensi dari setiap metode yang mungkin dapat diterapkan. Fakta tak berarti tanpa diberi makna. Ilmu memberikan rencana dan struktur kegiatan keilmuan, tetapi dasar-dasar penelaahan harus diberi landasan penelitian untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Tinjauan Pustaka
Langkah selanjutnya dalam sistem penelaahan keilmuan adalah meninjau kepustakaan untuk mengetahui apa yang telah dilakukan orang lain sebelumnya. Hal ini perlu untuk:
1) mencegah duplikasi yang tidak perlu, artinya bahwa yang sudah menjadi konsensus tak ada gunanya lagi untuk diteliti lagi, kecuali bila secara spesifik dapat ditemukan cara-cara baru untuk menggali pengetahuan itu;
2) menemukan jalan/ langkah yang tepat untuk mendekati hipotesis;
3) mencari dan mempelajari data, model atau instrumen keilmuan untuk memecahkan masalah;
4) menemukan idea baru yang belum terpikirkan atau suatu pengertian yang lebih mendalam tentang hipotesis yang sedang ditelaah.
Pengetahuan yang luas dan banyak dalam ilmu-ilmu sosial sering menyulitkan langkah tinjauan pustaka. Terdapat banyak sekali bibliografi untuk suatu subyek tertentu. Tetapi karena langkah ini merupakan suatu keharusan, seorang peneliti harus pandai memanfaatkan bantuan bibliografi, ekstrak/ abstrak dan bantuan ahli perpustakaan yang baik seperlunya.
Persepsi Memengaruhi Penafsiran
Ditinjau dari segi hipotesis yang diajukan, seorang ilmuwan pertama-tama harus memutuskan tingkah laku apa atau benda mana yang akan diamati atau dideskripsikan, yang kemudian dicatat untuk kelengkapan informasi yang dibutuhkannya. Dengan demikian ia harus memutuskan dalam kondisi apa pengamatan itu akan dilakukan. Jika ia ingin mendapatkan sesuatu yang tepat, ia harus berusaha melakukan pendekatan kuantitatif atau mengukur dengan suatu unit standar tertentu untuk bisa melakukan perbandingan, agar persepsi yang timbul dalam penafsiran yang ia lakukan terhadap data sungguh-sungguh merupakan persepsi keilmuan.
Teknologi Menolong Pengamatan
Ilmu yang berbeda-beda mempergunakan teknik-teknik yang berbeda pula. Pada umumnya seorang ilmuwan mempergunakan alat apa saja yang sekiranya akan menolong dalam menyelidiki hipotesisnya. Karena persepsi indrawi manusia bersifat temporer dan tidak dapat dipercaya, penggunaan teknologi merupakan bantuan yang tak ternilai dalam penelitian keilmuan.
Pengukuran
Hampir semua metode keilmuan memerlukan pengukuran, membandingkan suatu obyek tertentu dan memberi angka kepada obyek itu menurut cara-cara tertentu. Dua tipe perbandingan utama adalah ordinal dan kardinal. Perbandingan ordinal adalah perbandingan yang meletakkan benda-benda dalam urutan ditinjau dari segi tertentu, sedangkan perbandingan kardinal mempergunakan bilangan penghitung. Untuk memudahkan perbandingan ordinal atau kardinal dapat digunakan satuan pengukuran: sistem metrik, unit dasar waktu, panjang, berat, matauang, etc.
Penjelasan
Keragaman ilmu menyebabkan terdapatnya berbagai cara untuk mengemukakan ramalan dan kontrol terhadap hipotesis: hukum, proyeksi, struktur, institusional, masalah, tahap, utopia. Pada umumnya cara-cara tersebut dapat digunakan secara komplementer untuk menghasilkan ramalan dan kontrol yang komprehensif terhadap hipotesis yang diajukan.
Laporan Hasil Penelaahan Keilmuan
Aspek terakhir dari sistem keilmuan adalah penulisan laporan untuk mengkomunikasikan informasi yang diperoleh peneliti kepada orang lain. Publikasi karya keilmuan ini dapat dilakukan melalui jurnal keilmuan, penerbitan buku atau monograf (laporan yang lebih panjang dari sebuah artikel keilmuan, tetapi lebih pendek daripada buku pada umumnya dan bersifat teknis), korespondensi dengan sesama ilmuwan sebidang ilmu, memberikan konferensi atau melaporkan hasil penelitiannya kepada universitas atau lembaga tertentu.
Kejujuran adalah persyaratan yang penting dalam bidang keilmuan. Pembakuan kejujuran dalam ilmu bahkan lebih tinggi daripada bidang pengadilan. Pembakuan kejujuran disusun dan diawasi sendiri oleh para ilmuwan. Polemik tentang haram atau tidaknya produk Ajinomoto oleh MUI dan BPPT serta para ahli lain di universitas beberapa tahun lalu adalah salah satu contoh saling koreksi dalam bidang keilmuan. Pencabutan gelar doktor oleh universitas yang memberikannya dari seorang yang diketahui telah melakukan kecurangan dalam menyusun disertasinya adalah contoh lain.
Selain itu, sifat jelas dan dapat dipahami juga diperlukan agar orang lain mengerti isi laporan keilmuan. Perincian yang cukup diperlukan agar orang lain dapat melakukan penlian terhadap karya penelitian itu atau melakukan pengulangan, jika dianggap perlu.
Pengakuan terhadap idea orang lain bukan hanya soal sopan santun, melainkan juga – dan lebih penting – ialah bahwa tinjauan pustaka dan daftar kepustakaan akan memungkinkan setiap pembaca untuk menempatkan hasil karya itu dalam urutan perkembangan sejarah ilmu secara tepat dan mudah.
Akhirnya, harus dipahami bahwa ilmu bersifat universal. Artinya, ilmu adalah milik publik. Banyak peristiwa – terutama di bidang/ kajian ilmu sosial – yang tidak bisa diulang secara persis sama atau yang terjadi hanya sekali dalam rentang waktu yang panjang. Telah lama disadari bahwa sebaiknya terdapat banyak orang yang melakukan pengamatan secara individual, tetapi menggunakan hasilnya secara bersama-sama. (Peter R. Senn)


No comments for "Struktur Ilmu"!

Artikel Populer

Akuntansi, Pajak, Accurate, Tarbiyah dan Dakwah

FB _Q

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog