Modul SMK, Akuntansi, Keislaman, Tarbiyah, Motivasi dan Inspirasi

Dalam pernikahan hendaknya kita belajar pada garam. Garam yang nama kerennya NaCI atau natrium klorida, adalah persatuan antara unsur natrium dan klorida. Sejatinya, kedua unsur ini jarang berdiri sendiri. Mereka bisa bersatu karena “dicomblangi” oleh air sebagai mediator. Ketika masih sendiri, klorida termasuk unsur berbahaya bagi tubuh, biasanya berbentuk asam (HCL). Demikian pula natrium karbonat, walaupun tidak seberbahaya HCL.

Namun, ketika natrium dan klorida dipertemukan dengan mediasi air, masing-masing melepaskan ikatan dengan pasangannya terdahulu, kemudian mereka saling berikatan membentuk kristal. Jika sebuah ikatan kimia sampai membentuk kristal, tingkat kecocokannya pasti sangat tinggi, dari fase likuid sampai menjadi solid dan terkristalisasi. Ikatan demikian adalah ikatan yang sempurna.



Dengan karakter ini, ada sisi-sisi secara molekuler baik dari sebelah natrium maupun sebelah klorida yang awalnya memiliki efek membahayakan menjadi hilang. Sebab, sisi-sisi “negatifnya” saling menutup dan yang terlihat adalah sisi-sisi indahnya, yakni sisi-sisi positifnya.


Jadi, konsep pasangan hendaknya meniru garam. Sisi-sisi buruk yang tidak menyenangkan bisa menjadi simpul dari sebuah ikatan yang mempersatukan, untuk kemudian menghasilkan sebuah molekul yang indah serta memancarkan kebaikan. Kelemahan yang ada bukan untuk disesali atau dicemooh, tapi dimanfaatkan untuk berikatan. Inilah gambaran sederhana. Saling mengoptimalkan potensi dan saling menghilangkan kekurangan.


Ada satu pesan mendalam dalam proses tersebut, bahwa kita hanya mungkin mencapai “kesempurnaan”, jika kita mau bersatu dengan pasangan kita. Inilah fitrah yang ditetapkan Allah atas manusia dan alam semesta. Allah berfirman, “


Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (QS. Ad-Dzariyaat (51): 49)

Mengapa harus berpasang-pasangan? Ada banyak alternatif jawaban. Namun yang pasti, dengan berpasangan (yang sah tentunya) nilai-nilai kebaikan bisa berpadu menjadi sebuah kesempurnaan. Dengan berpasangan, akan pula tercipta pula proses sinergi, saling melengkapi, dan saling meniadakan keburukan.


Mudah-mudahan, sifat-sifat Jalaliyah Allah yang ada dalam diri pengantin pria mampu berpadu dengan sifat-sifat Jamaliyah Allah dalam diri pengantin wanita sehingga turun sifat-sifat Kamaliyah-Nya kepada keduanya. [aneh bin ajaib karya tauhid nur aziz]

1 Komentar untuk "pERNIKAHAN: bELAJAR DARI gARAM"

  1. Anonim Says:

    Great...super sekali...thanks

Artikel Populer

Akuntansi, Pajak, Accurate, Tarbiyah dan Dakwah

FB _Q

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog